Kawasan hutan ini merupakan habitat penting dan unik yang mewakili hutan hujan tropis perbukitan tinggi
Komunitas Tiger Heart Bengkulu, kelompok relawan pelestari harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) yang dinaungi Forum Harimau Kita menyerukan penyelamatan hutan untuk kelestarian satwa langka itu.
Komunitas tersebut menyerukan hal itu dalam webinar yang digelar Jumat dalam rangka memperingati Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day 2021.
Koordinator Tiger Heart Bengkulu, Surya Putra mengatakan kerusakan habitat menjadi salah satu pemicu konflik antara manusia dan harimau di wilayah Bengkulu sehingga perlu menjadi perhatian semua pihak.
Hutan yang menjadi habitat kunci harimau sumatera wajib dilestarikan untuk memastikan keberlanjutan populasi harimau karena bila habitat baik dipastikan konflik bisa diredam,” katanya saat membuka webinar lewat daring, diikuti dari Bengkulu, Jumat.
Baca juga: KLHK tangkap penjual kulit dan tulang harimau sumatera di Bengkulu
Webinar bertajuk Dampak Kerusakan Habitat dan Perburuan Harimau Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Provinsi Bengkulu ini menghadirkan tiga narasumber yakni Kepala Kesatuan Pemangku Hutan Lindung (KPHL) Kaur, Herwanto, Ketua Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Taneak Jang, Rafik Sani, dan Penggagas Pendirian Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Konflik Manusia dan Harimau Desa Lubuk Lagan Kabupaten Seluma, Ridwan Diin.
Kepala KPHL Kaur, Herwanto mengatakan kawasan Bentang Bukit Barisan Selatan yang mencakup hutan alam seluas 44.500 hektare merupakan satu dari 12 lansekap harimau sumatera.
Baca juga: Babi dan jerat ditemukan di TKP harimau mati di Bengkulu
Selain itu dalam Kepres Nomor 13 tahin 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera disebutkan basah kawasan ini merupakan satu dari lima koridor prioritas Sumatera.
“Kawasan hutan ini merupakan habitat penting dan unik yang mewakili hutan hujan tropis perbukitan tinggi dan hutan hujan tropis pegunungan dengan kekayaan biodiveritas yang tinggi sehingga perlu dijaga kelestariannya,” katanya.
Herwanto mengatakan dari kegiatan survei okupansi satwa liar yang digelar petugas KPHL bersama lembaga non-pemerintah menemukan sejumlah satwa langka dilindungi di kawasan Bukit Balai Rejang Selatan (BBRS) termasuk satwa harimau sumatera.
Baca juga: PSSP IPB: Belum ada data hewan tularkan COVID-19 ke manusia
Namun, menurut dia, tantangan pelestarian hutan dan flora fauna di dalamnya cukup besar, mulai dari fragmentasi kawasan hutan untuk kepentingan infrastruktur, perluasan konsesi tambang dan perkebunan sawit, perburuan, dan konflik satwa liar.
Sementara Ketua PD AMAN Tanek Jang, Rafik Sani mengatakan kerusakan habitat harimauakan merugikan masyarakat sebab harimau diketahui merupakan satwa kunci dalam sistem rantai makanan.
"Misalnya saja hutan rusak, harimau berkurang populasinya maka hewan mangsa harimau seperti babi hutan akan meledak populasinya dan jelas ini akan merugikan masyarakat petani dimana babi hutan akan menjadi hama,” ujarnya.
Karena itu, menjaga keseimbangan ekosistem dengan cara berbagi ruang, menurut Rafik merupakan jalan terbaik untuk melestarikan harimau sumatera.
Baca juga: BKSDA Sumbar lepasliarkan Harimau Sumatera ke hutan Pasaman Raya
Ridwan Din yang menggagas pendirian satuan tugas penanganan konflik manusia dan harimau di wilayah Desa Lubuk Lagan Kabupaten Seluma juga menilai konsep berbagi ruang antara manusia dan mahluk hidup lainnya termasuk harimau menjadi keharusan untuk memastikan kelestarian harimau sumatera yang masih tersisa.
“Kalau masing-masing ruang hidup terjaga dan saling menghormati dan kita manusia bisa mengelola dengan bijak dan bertanggung jawab maka konflik bisa dihindarkan,” katanya.
Karena itu, Ridwan mengatakan pendirian Satgas Penanggulangan Konflik Manusia dan Harimau (KHS) didasari adanya potensi konflik manusia dan harimau karena Desa Lubuk Lagan berbatasan langsung dengan Taman Buru Semidang Bukit Kabu yang merupakan tempat hidup harimau sumatera.
Baca juga: Masuk perangkap, BKSDA selamatkan harimau sumatera di Pasaman Barat
Ia berharap lewat Satgas KHS ini, konflik antara manusia dan harimau dapat dihindarkan dan populasi harimau dapat berkembang dan kehidupan sosial masyarakat juga berjalan baik.
“Saya berharap lewat satgas ini konflik dapat dihindarkan dan di masa depan perjumpaan antara manusia dan harimau akan terus terjadi tapi dengan pemahaman bersama bahwa harimau sesungguhnya bukan pemangsa manusia,” katanya.
Baca juga: Korban serangan harimau Sumatera dirawat inap di Puskesmas Kampar
Pewarta: Helti Marini S
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021