"Setelah menemukan bangkai harimau yang mati karena kena jerat, pada jarak 10 meter dari tempat kejadian juga ditemukan umpan babi dan jerat dari sling berbabahan baja," kata Kanit Tipiter Polres Seluma, Ipda Catur Teguh SH, Kamis.
Ia mengatakan dari penemuan umpan dan jerat ini membuat dugaan bangkai harimau yang ditemukan di kawasan hutan itu mati karena terkena jerat pemburu.
Penemuan bangkai harimau yang diperkirakan sudah mati lebih dari tiga hari itu berawal dari laporan warga yang mencari umbut atau sejenis sayur dari pucuk tanaman di kawasan hutan yang belakangan diketahui berstatus Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Badas.
Baca juga: Seekor harimau mati kena jerat pemburu di Bengkulu
Baca juga: BBKSDA Riau bersihkan jerat di lokasi konflik manusia dengan harimau
Baca juga: Kementerian LHK perlihatkan jerat hasil sitaan SMART-RBM
“Selasa malam kami mendapat laporan dari warga bernama Ridwan Fauzi (38) dan evakuasi langsung dilakukan kemarin pagi yang diduga kuat mati akibat jerat," kata Catur.
Sebelum mendapat laporan keberadaan harimau mati itu, petugas polisian dan BKSDA sudah melakukan patroli Wanalaga. Dari patroli tersebut petugas mendapat laporan dari warga tentang keberadaan seekor harimau di dalam hutan itu.
Ridwan Fauzi(38) warga yang melaporkan keberadaan harimau awalnya sedang mencari umbut ke kawasan HL Semidang Bukit Kabu. Saat perjalanan pulang ia dikagetkan dengan penampakan harimau.
“Warga yang melihat harimau itu dan khawatir sehingga langsung kabur dan melaporkannya,” katanya.
Usai mendapatkan laporan, tim langsung menuju lokasi dengan menggunakan kendaraan dan sebagian rute harus ditempuh berjalan kaki. Setibanya di lokasi didapati aroma tidak sedap yang berasal dari bangkai harimau yang sudah mati terjerat.
Bangkai harimau telah dibawa dan dikuburkan di kompleks BKSDA Bengkulu-Lampung karena kondisinya membusuk.*
Baca juga: Perlu jeratan berlapis untuk pemasang jerat
Baca juga: KLHK gencarkan operasi pembersihan jerat satwa dilindungi
Baca juga: Harimau korban jerat hanya mau minum air gambut.
Pewarta: Helti Marini S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020