"Saya kira penting sekali bagi kita untuk mendokumentasi pengetahuan dan praktik yang muncul di berbagai tempat," kata Hilmar, dalam acara peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2021 yang dipantau virtual dari Jakarta, Senin.
Menurut dia, pengetahuan dan ikatan sosial yang dimiliki oleh masyarakat adat menghasilkan resiliensi (kemampuan umum) menghadapi pandemi yang terjadi saat ini.
Masyarakat adat, katanya, dengan warisan turun temurun telah memiliki mekanisme dan bekal menghadapi pandemi, misalnya dengan pengetahuan yang memastikan ketahanan pangan dan pengobatan tradisional.
Hilmar menjelaskan segala pengetahuan itu penting untuk dicatat dan didokumentasikan, seperti menghadapi situasi pandemi saat ini, sehingga tidak ada satu solusi mutlak yang berlaku untuk semua jenis masyarakat.
"Konteks lokal sangatlah penting," katanya.
Baca juga: Risma: Perlu kearifan lokal dalam tangani bencana
Hilmar menyebut Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia, yang diperingati setiap 9 Agustus, merupakan momen yang tepat bagi masyarakat adat dalam perjuangan untuk keadilan.
Baca juga: Satgas COVID-19 dorong kesadaran prokes lewat strategi kearifan lokal
Dia juga mendorong masyarakat adat menjadi bagian normal baru yang seharusnya disusun berdasarkan praktik dan pengalaman konkret di akar rumput dan dihidupi oleh filosofi bahwa manusia merupakan bagian dari alam.
Baca juga: "Sindang Mardika", kearifan lokal atas ancaman wabah di Bangka
"Kita mesti menjadi bagian dari tatanan normal yang baru itu, bahwa baru itu bersandar pada berbagai macam kearifan lokal yang kita kumpulkan, dokumentasikan dan kita buktikan keampuhannya menghadapi situasi, seperti yang kita alami sekarang ini," kata Hilmar.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021