“Selama empat tahun terakhir, kami sudah menyaksikan kisah-kisah keberhasilan dari Desa Damai,” ucap dia, dalam Forum NUSANTARA (Gerakan Nasional untuk Indonesia Damai, Adil, dan Setara) yang diselenggarakan secara daring, Selasa.
Keberhasilan-keberhasilan tersebut, kata dia, terlihat dari bagaimana Desa Damai dapat memajukan kepemimpinan perempuan, pemberdayaan ekonomi perempuan, dan melindungi perempuan dan anak perempuan dari kekerasan berbasis gender di beberapa wilayah Indonesia.
Baca juga: Yenny Wahid: Perempuan sebagai agen perdamaian program Desa Damai
“Inisiatif Desa Damai juga telah membentuk mekanisme inovatif untuk mencegah ekstremisme berbasis kekerasan di tingkat akar rumput,” katanya.
Desa Damai, menurut dia, memberikan solusi-solusi yang berasal dari komunitas paling dasar, sehingga dapat mendeteksi keberadaan radikalisasi dan intoleransi sejak dini. Oleh karena itu dia yakin Desa Damai, selain mengatasi permasalahan gender, juga dapat menjadi solusi untuk menumpas aksi terorisme.
Untuk itu, guna mendukung keberlangsungan Desa Damai, ia juga menyatakan bahwa UN Women akan bekerja sama dengan Wahid Foundation dan terus mengajak masyarakat Indonesia untuk memberdayakan perempuan sebagai agen perdamaian. “Kami harap dapat memperluas jangkauan Desa Damai ke seluruh Indonesia,” kata dia.
Baca juga: Yenny Wahid sebut kearifan lokal dapat tangkal radikalisme
Selain menyatakan apresiasi, ia juga memaparkan pentingnya melibatkan generasi muda, khususnya para pemudi, dalam proses-proses menciptakan kedamaian. “Para pemudi memiliki perspektif, keterampilan, dan pengetahuan yang unik,” ucapnya.
Keunikan tersebut, kata dia, dapat digunakan untuk membangun kepercayaan di dalam komunitas, berkontribusi dalam penyelesaian sengketa, hingga menjaga perdamaian. Sebagaimana yang telah dilakukan UN Women dengan melibatkan para pelajar dan pemudi lokal dalam satuan tugas Covid-19 di beberapa desa.
Baca juga: Wahid Foundation-UN Women Luncurkan panduan pelaksanaan desa damai
Pemuda dan pemudi lokal yang terlibat dibimbing dan belajar mengenai cara melakukan pendekatan pada isu-isu sosial yang sensitif, serta belajar mengenai bagaimana cara melindungi rekan-rekan di sekitar mereka dari kekerasan berbasis gender.
“Dan mereka akan mengedukasi teman-temannya untuk melindungi diri dari kekerasan berbasis gender,” ucap Kazi yang juga berharap keterlibatan berbagai pihak dapat mengakhiri diskriminasi gender terhadap perempuan, khususnya diskriminasi pada proses pembuatan kebijakan.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021