Ekonom Senior Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan terjadi pergeseran karakteristik kelas menengah dari konsumsi ke tabungan atau investasi.Sehingga kecenderungannya ke depan bank hanya akan menjadi tempat untuk numpang lewat antara investasi dan yang lainnya saja
"Kalau kita melihat dari nasabah bank, kecenderungannya kelas menengah di Indonesia ini asumsinya pendidikannya sudah bagus, sehingga tingkat pendapatannya jauh lebih baik," ucap Aviliani dalam diskusi virtual di Jakarta, Selasa.
Dengan demikian, kata dia, turunnya konsumsi di kelas menengah, tak menunjukkan uang yang dimiliki semakin habis, tetapi memang tabungan atau investasinya semakin banyak.
Tren tersebut sangat berbeda dengan tahun 2012, tercatat terdapat 48 juta kelas menengah yang memakai 80 persen pendapatannya untuk konsumsi, sedangkan 20 persen untuk tabungan atau investasi.
Baca juga: Kepala Bappenas harapkan RI kembali ke kelas menengah atas pada 2022
Sementara pada tahun 2020 dari 112 juta kelas menengah menggunakan 50 persen pendapatan untuk tabungan atau investasi dan 50 persen lainnya dipakai untuk konsumsi.
Selanjutnya ia menyebutkan pada 2030 diproyeksikan sebanyak 209 juta kelas menengah akan menyisihkan 80 persen pendapatannya untuk tabungan atau investasi, sementara 20 persen pendapatan digunakan untuk konsumsi.
Pada tahun 2040 trennya pun akan semakin meningkat yakni diperkirakan mencapai 90 persen pendapatan 250 juta kelas menengah akan digunakan untuk tabungan atau investasi dan 10 persen untuk konsumsi.
"Sehingga kecenderungannya ke depan bank hanya akan menjadi tempat untuk numpang lewat antara investasi dan yang lainnya saja," kata Aviliani.
Dengan demikian Aviliani berpendapat edukasi dan kesadaran akan pasar modal semakin lebih baik saat ini.
Baca juga: OJK: Penghimpunan dana pasar modal bakal capai level sebelum pandemi
Baca juga: Makin populer, kalangan muda dominasi 80 persen investasi reksa dana
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021