Dikembangkan oleh Pusat Nasional untuk Rekayasa Genetika dan Bioteknologi, vaksin tersebut berbasis adenovirus dan influenza, kata wakil juru bicara pemerintah Ratchada Thanadirek.
Usai uji coba pada tikus, tahap pertama uji coba pada manusia akan dimulai akhir tahun ini, menunggu persetujuan regulator obat dan makanan, katanya.
Percobaan itu juga akan menguji perlindungan terhadap varian Delta, kata Ratchada.
Tahap dua dijadwalkan pada Maret 2022 dan target produksi yang lebih luas pada pertengahan 2022, jika hasilnya bagus, katanya.
Baca juga: AstraZeneca upayakan lebih banyak pasokan vaksin untuk Thailand
Negara-negara di seluruh dunia sedang mengembangkan vaksin semprotan hidung untuk membantu mencegah dan mengobati COVID-19. Lapisan hidung diidentifikasi sebagai titik masuk utama bagi virus.
Vaksin dalam negeri Thailand lainnya, vaksin mRNA buatan Universitas Chulalongkorn dan virus inaktif yang dikembangkan oleh Universitas Mahidol, rencananya akan memulai uji coba tahap dua pada manusia Agustus ini.
Program vaksinasi Thailand sejauh ini bergantung pada vaksin Sinovac China, AstraZeneca dan Sinopharm. Vaksin Pfizer/BioNTech sedang diberikan sebagai dosis penguat untuk petugas medis di lini terdepan yang menerima dua dosis Sinovac.
Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul pada Rabu mengatakan bahwa 32,5 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech akan tiba tahun ini, terdiri atas 30 juta dosis pesanan dan vaksin hibah dari AS.
Sekitar 6,8 persen dari 66 juta lebih penduduk Thailand sudah menerima dua dosis vaksin COVID-19.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rumah-rumah sakit kewalahan tangani lonjakan kasus COVID di Thailand
Baca juga: Kasus COVID melonjak, Thailand bangun rumah sakit di bandara Bangkok
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021