• Beranda
  • Berita
  • Begini strategi pemerintah tingkatkan ketersediaan biomassa

Begini strategi pemerintah tingkatkan ketersediaan biomassa

12 Agustus 2021 19:11 WIB
Begini strategi pemerintah tingkatkan ketersediaan biomassa
PLN memanfaatkan hasil olahan sampah biomassa (pelet) menjadi bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Ropa di Ende, Nusa Tenggara Timur (ANTARA/Ho-Humas PLN)
Kementerian ESDM telah menyusun rencana strategis untuk meningkatkan ketersediaan energi baru terbarukan berbasis biomassa dengan memanfaatkan potensi daerah.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pemerintah mengajak perusahaan dan masyarakat agar berkolaborasi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga biomassa tersebut.

"Pembangkit dioperasikan oleh perusahaan, kemudian perusahaan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengembangkan bahan baku," katanya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Dadan mengungkapkan salah satu pengusahaan energi berbasis biomassa yang telah berjalan baik ada di Merauke, Papua, yang dioperasikan oleh PT Medco Energi.

Baca juga: Barata Indonesia - Treehouz Asia komitmen bangun pabrik biomassa

Pembangkit biomassa itu menghasilkan listrik berkapasitas 3,5 megawatt yang jual kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk melistriki daerah tersebut.

Selain melibatkan perusahaan dalam pembangunan pembangkit biomassa, pemerintah juga mendorong masyarakat untuk bisa memproduksi energi biomassa skala kecil.

"Nanti untuk pembangkit kecil didorong dengan dana pemerintah yang sekarang kami pikirkan adalah dengan dana alokasi khusus (DAK)," ujar Dadan.

Direktur Operasi Medco Energi Budi Basuki mengungkapkan pembangkit listrik biomassa di Merauke, merupakan pembangkit listrik swasta pertama dengan energi baru terbarukan yang ada di Papua.

Menurutnya, pengoperasian pembangkit tersebut menunjukkan keberhasilan public private partnership antara PLN dan Medco Energi dengan dukungan pendanaan dari pemerintah melalui Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) Kementerian Keuangan dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

Baca juga: Kementerian ESDM dorong akses pembiayaan untuk proyek bioenergi

"Total investasinya Rp140 miliar yang terjadi di wilayah terujung Indonesia bagian timur Merauke. Kami mencoba ini sebagai pilot project," ungkap Budi.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa pemanfaatan biomassa yang bersumber dari hutan tanaman industri menjadi energi hijau yang berkelanjutan, sekaligus memberikan sumbangan pengurangan emisi yang besar karena sifatnya yang karbon netral.

"Selain itu, telah terbukti pembangkit ini bisa mengurangi biaya pembangkitan dan import BBM, serta menggunakan sumber daya lokal," pungkas Budi.

Kementerian ESDM mencatat potensi bioenergi di Indonesia mencapai 32,6 gigawatt dengan angka pemanfaatan sebesar 1,9 gigawatt atau sekitar 5,7 persen.

Bioenergi merupakan salah satu energi ramah lingkungan yang didapatkan dari sumber biologis umumnya biomassa berupa limbah industri kayu, jerami, hasil pertanian seperti tebu dan singkong yang dapat diolah menjadi bahan bakar.

Kotoran hewan dan sampah organik juga merupakan biomassa yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bioenergi. Energi dari biomassa merupakan salah satu bagian dari siklus karbon.

Pemanfaatan teknologi bioenergi tidak hanya meningkatkan ketahanan energi nasional, tetapi memberikan kontribusi bagi penyediaan energi bersih yang dapat menekan emisi karbon.

Pemerintah telah mencanangkan kawasan hutan produksi yang khusus diperuntukan untuk pembangunan hutan energi sebagai sumber bahan baku bioenergi dalam upaya meningkatkan kapasitas pemanfaatan biomassa sebagai energi bersih.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021