Semua bisa dapat perhatian untuk mendapatkan nutrisi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di sejumlah daerah untuk melawan pencegahan kekerdilan (stunting) di Indonesia.
“Hari ini kita mengisi kampung keluarga berkualitas (KB) dengan salah satu kegiatan baru yaitu dalam bentuk Dashat, dapur sehat atasi stunting. Jadi kegiatan ini yang akan membawa kampung KB menjadi kampung berkualitas yang Dashat begitu ya,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam "Menu Sehat DASHAT: Ragam Menu Dapur Sehat Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas" secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia mengungkapkan secara spesifik penyebab terjadinya masalah stunting adalah kondisi kesehatan yang tidak optimal (sub-optimal health) dan kondisi gizi yang tidak optimal (sub-optimal nutritional).
“Dengan menghadirkan kampung KB yang memiliki Dashat, maka kami berharap ibu hamil, ibu yang mau hamil, ibu yang baru menyusui, semua bisa dapat perhatian untuk mendapatkan nutrisi produk olahan dari Dashat ini,” kata dia menjelaskan tujuan dari dibentuknya program tersebut.
Ia juga mengatakan bayi yang sudah lahir lebih dari enam bulan juga harus mendapat suplementasi, komplemen suplemen tambahan selain ASI. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada bayi dengan seribu hari kehidupan pertama yang terlantar dan tidak mendapatkan asupan makanan gizi seimbang.
Hasto menjelaskan program DASHAT ini nantinya akan memberikan makanan yang berasal dari bahan pangan lokal yang bergizi, terjangkau, juga memiliki cita rasa makanan yang sesuai dengan selera para ibu dan bayi.
Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Hitima Wardhani mengatakan program Dashat tersebut telah dirancang ke dalam tiga bentuk pemodelan yaitu model sosial, model kombinasi dan metode komersil.
“Satu model sosial, pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang sebagian besar pemberian makanan gratis kepada kelompok sasaran keluarga berisiko stunting,” kata Hitima.
Selanjutnya untuk model kombinasi, dirancang untuk pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang diperuntukkan bagi gizi kelompok sasaran serta masyarakat umum dengan metode penjualan.
Baca juga: BKKBN: Pandemi berpengaruh pada peningkatan prevalensi stunting
Baca juga: BKKBN harapkan para mahasiswa jadi pemutus mata rantai stunting
Hitima menjelaskan, metode terakhir yakni metode komersil adalah pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dengan metode penjualan dan penguatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang makanan sehat.
Ia menjelaskan, BKKBN bekerja sama dengan himpunan pakar pangan dan gizi Indonesia (Pergizi Pangan Indonesia) dan Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI) serta Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKDM) Universitas Gadjah Mada dalam menjalankan program DASHAT tersebut.
Selain membuat program untuk melawan stunting, semua pihak telah menyusun dua buku yang dapat digunakan sebagai referensi menu sehat untuk ibu hamil, ibu menyusui serta balita.
Hitima mengatakan melalui acara ini diharapkan ibu hamil dan menyusui mendapatkan informasi terkait menu sehat melalui referensi menu yang diberikan dalam pelaksanaan Dashat, agar mencegah lahirnya bayi dalam kondisi stunting dan kurang gizi.
“Tujuan acara ini adalah mensosialisasikan menu sehat untuk ibu hamil,ibu menyusui serta balita dalam upaya mencegah dan mengatasi stunting secara khusus di kampung keluarga berkualitas,” kata dia menjelaskan tujuan diadakannya sosialisasi menu sehat tersebut.
Baca juga: BKKBN libatkan asosiasi profesor bahas solusi stunting di Indonesia
Baca juga: BKKBN dorong konsumsi susu berkualitas untuk tekan stunting
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021