Menteri Luar Negeri Sigrid Kaag mengatakan kepada wartawan di Den Haag, Jumat, bahwa Belanda bermaksud untuk membuka kedutaannya selama mungkin, tetapi ini bisa terbukti tidak dapat dipertahankan jika Kabul berada di bawah pengepungan Taliban atau direbut oleh gerilyawan Islam.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Belanda mengonfirmasi penarikan karyawan kedutaan sedang berlangsung tetapi tidak akan mengatakan berapa banyak staf Belanda yang tersisa, dengan alasan isu keamanan.
"Kami sedang mengevaluasi semua opsi," kata juru bicara Tessa van Staden.
Penyiar Belanda NOS mengutip Menteri Pertahanan Ank Bijleveld yang mengatakan bahwa jumlah penerjemah Afghanistan dan staf lokal yang akan dievakuasi berjumlah "beberapa lusin."
Pekan lalu Kementerian Luar Negeri Belanda meminta warga Belanda yang tersisa di Afghanistan untuk segera pergi, dan memperingatkan bahwa kedutaan tidak dapat mendukung atau mengevakuasi mereka.
Taliban memperketat cengkeraman mereka di Afghanistan pada Jumat, dengan merebut kendali atas kota-kota terbesar kedua dan ketiganya sementara kedutaan-kedutaan negara Barat bersiap untuk mengirim pasukan untuk membantu mengevakuasi staf dari Ibu Kota Kabul.
Kekalahan itu telah memicu kekhawatiran bahwa pemerintah Kabul yang didukung Amerika Serikat bisa jatuh ke tangan pemberontak ketika pasukan internasional menyelesaikan penarikan mereka setelah 20 tahun perang.
Seorang pejabat pertahanan AS mengutip intelijen AS yang mengatakan minggu ini bahwa Taliban dapat menguasai Kabul dalam 90 hari.
Sumber: Reuters
Baca juga: Belanda khawatirkan rencana AS tarik pasukan dari Suriah, Afghanistan
Baca juga: Tentara Belanda Tinggalkan Afghanistan Sesuai Rencana
Baca juga: Prajurit Belanda Tewas Dalam Serangan Bom Di Afghanistan
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021