• Beranda
  • Berita
  • Anak komunitas Muslim-Kristiani dilatih musik tradisi Museum Siwalima

Anak komunitas Muslim-Kristiani dilatih musik tradisi Museum Siwalima

16 Agustus 2021 16:31 WIB
Anak komunitas Muslim-Kristiani dilatih musik tradisi Museum Siwalima
Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku Jean Esther Saiya. (FOTO ANTARA/Shariva Alaidrus)

Kami ini memberi pemahaman dan mengajarkan nilai bahwa bukan alat musik saja yang beragam, tapi kita juga beragam, ada Muslim dan Kristen, dan dalam keberagaman itu harus saling menerima

Museum Siwalima Provinsi Maluku melatih 29 anak dari komunitas Muslim dan Kristiani dari tiga kawasan berbeda untuk belajar bersama alat musik tradisional Maluku, guna menanamkan kecintaan terhadap seni dan budaya daerah, serta menghargai keberagaman.

"Kami sekarang sementara melaksanakan kegiatan Belajar Bersama Alat Musik Tradisional di Museum, ada 29 anak yang kami libatkan, lebih banyak dari tahun lalu," kata Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku, Jean Esther Saiya di Ambon, Senin.

Ia mengatakan Belajar Bersama Alat Musik Tradisional di Museum merupakan salah satu program tahunan Museum Siwalima. Dibuka pada 2 Agustus 2021, proses pelatihan instrumen musik daerah Maluku akan berlangsung selama 23 hari.

Berbeda dengan tahun 2020, di mana hanya 20 anak yang dilibatkan, kata dia, tahun 2021 ini jumlah peserta ditambah menjadi 29 anak yang berasal dari Desa Amahusu, Kelurahan Waihaong dan Kelurahan Benteng, Kecamatan Nusaniwe. Mereka merupakan para pemain musik dari sanggar seni yang berbeda-beda.

Selama 23 hari, katanya, para peserta tidak hanya dilatih untuk meningkatkan kualitas memainkan alat musik suling, tifa, totobuang, gong dan rebana, tapi mereka juga diajarkan untuk bermain dalam kolaborasi harmonis yang berbeda dari yang selama ini mereka pelajari di sanggar masing-masing.

Ia memberi contoh musik intrumental musik tifa totobuang umumnya dimainkan oleh masyarakat komunitas Kristiani, sedangkan hadrah yang menggabungkan seni musik melayu lebih banyak ada di komunitas Muslim, di mana kali ini dua irama musik itu digabungkan menjadi satu kolaborasi.

"Kami ini memberi pemahaman dan mengajarkan nilai bahwa bukan alat musik saja yang beragam, tapi kita juga beragam, ada Muslim dan Kristen, dan dalam keberagaman itu harus saling menerima," katanya.

Dikatakannya lagi, setelah kegiatan Belajar Bersama Alat Musik Tradisional di Museum berakhir, para peserta akan menampilkan hasil pelatihan mereka dalam sebuah konser mini yang direncanakan berlangsung pada 26 Agustus 2021.

Konser tersebut juga menjadi salah satu acara hiburan untuk penutupan pameran bersama "Sejarah Maluku dari Masa ke Masa" yang digelar oleh Museum Siwalima dan Museum Maluku di Uttrech, Belanda, pada 19 Agustus 2021 untuk merayakan 76 tahun kemerdekaan Indonesia.

"Rencanannya konser mini akan dilaksanakan saat penutupan pameran. Kami juga akan mengundang orang tua mereka agar bisa melihat peningkatan anak-anak ini dalam bermain musik tradisional selama 23 hari belajar bersama kami," demikian Jean Esther Saiya.

Baca juga: Museum Siwalima pikat pengunjung lewat kreativitas tradisional

Baca juga: IAIN Ambon akan buka prodi musik Islami

Baca juga: Wariskan budaya sejak dini, Museum Siwalima gelar lomba busana daerah

Baca juga: Tiga Negeri Gelar Panas "Pela Gandong"

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021