Karena nanti investasi ini kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja, peningkatan alih teknologi, serta peningkatan skill tenaga kerja yang akan berkontribusi terhadap penerimaan negara secara umum
Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) Universitas Indonesia Teuku Riefky mengatakan pemerintah perlu menarik investasi untuk mencapai target defisit dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 sebesar 4,85 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Karena nanti investasi ini kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja, peningkatan alih teknologi, serta peningkatan skill tenaga kerja yang akan berkontribusi terhadap penerimaan negara secara umum,” kata Riefky kepada Antara di Jakarta, Rabu.
Namun demikian ia mengatakan pemerintah mesti terlebih dahulu mengendalikan pandemi COVID-19 agar tidak terus menyebar, hingga membuat aktivitas perekonomian mesti kembali dibatasi. Pengendalian COVID-19 juga akan memulihkan perekonomian pada tahun depan.
“Kalau pemulihan ekonomi sudah terjadi di tahun depan, maka pemerintah harus mengejar pertumbuhan ekonomi atau pemulihan ekonomi dimana sektor-sektor krusial terus didorong,” kata Riefky.
Sektor-sektor yang ia maksud antara lain industri manufaktur dan perdagangan. Apabila kegiatan sektor yang berkontribusi besar terhadap PDB ini didorong, ia meyakini penerimaan negara akan bisa semakin meningkat sehingga defisit anggaran bisa dipersempit.
Selain itu, pemerintah juga bisa meneruskan penghematan anggaran di luar untuk penanganan pandemi COVID-19 dan perlindungan sosial.
Ia meyakini langkah ini pemerintah akan lebih mudah menghemat belanja pada 2022 karena sudah dipaksa melakukannya selama 2020 dan 2021. Ke depan, anggaran yang sudah dihemat atau dibuat lebih efisien pun tidak perlu dikembalikan seperti semula.
“Jadi harapannya kita melihat postur APBN, postur fiskal, yang lebih sehat lagi setelah pandemi berlalu,” ucapnya.
Dalam RAPBN 2022, pemerintah merencanakan defisit anggaran sebesar 4,85 persen dari PDB. Nilai ini diambil sebagai langkah untuk mencapai konsolidasi fiskal, mengingat pada 2023 mendatang defisit anggaran diharapkan dapat kembali ke level paling tinggi 3 persen dari PDB.
Baca juga: Ekonom: Defisit anggaran 4,85 persen RAPBN 2022 realistis
Baca juga: Ekonom: Asumsi ekonomi tumbuh 5-5,5 persen lebih realistis
Baca juga: Pengamat ingatkan risiko kenaikan defisit anggaran dari penambahan PEN
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021