"Tantangan pandemi tidak menghalangi kami untuk terus menciptakan eksportir baru. Salah satunya dengan program yang kami miliki yaitu memberikan pendampingan sehingga para UKM siap untuk diunggah ke global marketplace. Tercatat 353 produk Indonesia dari berbagai komoditas termasuk tekstil telah diunggah di Alibaba dengan harapan adanya pertemuan dengan buyer pada platform tersebut," kata Direktur Pelaksana II LPEI Maqin Noorhadi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Sebagai salah satu Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI dalam peningkatan ekspor nasional, LPEI memiliki komitmen untuk meningkatkan kelas UMKM tidak hanya melalui aspek finansial namun juga aspek non finansial.
Program-program seperti Coaching Program for New Exporter (CPNE) yaitu program pelatihan rintisan eksportir baru, Desa Devisa yaitu program pengembangan masyarakat berbasis komoditas untuk menghasilkan devisa, dan marketing handholding atau program untuk memasarkan UKM lokal melalui marketplace global adalah diantaranya.
Pergerakan industri berbasis UMKM di Indonesia terkendala akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Sektor UMKM yang juga merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia mengalami perlambatan, antara lain dari sisi ekspor tekstil yang merupakan salah satu komoditas unggulan, terguncang akibat kebijakan pembatasan mobilitas yang diberlakukan sejumlah negara tujuan ekspor.
Pandemi berdampak pada pembatalan sejumlah pesanan, pengurangan kapasitas produksi, hingga penutupan pabrik akibat tidak lagi mampu mencukupi beban operasional. Pengusaha tekstil pun mau tidak mau harus lebih jeli dalam memanfaatkan segala peluang yang ada. Setidaknya hal itulah yang disampaikan oleh Andri Setyawan, CEO dari CV Pria Tampan, UMKM eksportir batik asal Solo.
"Saat ini, kita, baik teman-teman yang baru memulai atau sudah lama menjalankan bisnis, dihadapkan pada situasi yang kurang lebih sama yaitu pandemi COVID-19. Sehingga sangat penting untuk tetap optimis dan memiliki pola pikir positif bahwa kita dapat melewati situasi saat ini," ujar Andri.
Selain itu, lanjut Andri, pelaku UMKM juga harus memanfaatkan segala bantuan yang diberikan Pemerintah seperti dirinya yang telah memanfaatkan program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) UKM dari LPEI.
"Bantuan tersebut sangat membantu kita dalam menjalankan usaha khususnya ditengah situasi seperti ini," kata Andri
Optimisme CV Pria Tampan menunjukkan hasil yang positif, yaitu per April 2021, UMKM yang dikelola generasi kedua itu mampu melakukan pengiriman kain batik ke luar negeri sebanyak tujuh kontainer atau senilai 220 ribu dolar AS, setelah periode sebelumnya hanya lima kontainer atau senilai 160 ribu dolar AS.
Selama tiga tahun terakhir, mayoritas negara tujuan dari UKM asal Solo itu adalah Kanada dan Amerika Serikat. Bulir-bulir putih yang timbul pada kain batik yang berasal dari proses pewarnaan kain merupakan ciri khas yang membuatnya diminati oleh pasar mancanegara.
Baca juga: LPEI fokus bantu UMKM naik kelas jadi eksportir di tengah pandemi
Baca juga: LPEI dukung pelaku usaha minyak atsiri perluas pasar ekspor
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021