Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Agus H. Purnomo mengatakan, Kemenhub terus memantau dan mengevaluasi pelaksanaan isolasi apung dalam rangka memastikan program isolasi mandiri terapung di kapal berjalan dengan lancar.
"Pemerintah menyediakan fasilitas ini, bahkan Bapak Menteri Perhubungan sudah melaporkan kepada Bapak Presiden, dan program ini didukung sepenuhnya dengan memanfaatkan kapal-kapal yang portstay sebagai tempat isolasi," kata Agus H. Purnomo dalam diskusi daring 'Dukungan Transportasi Laut dalam Penanganan Pandemi Covid-19', Kamis.
Baca juga: Kapal Pelni bantuan Kemenhub untuk isolasi terapung tiba di Makassar
Agus berharap, Pemerintah Daerah juga turut berperan aktif menjalin sinergi dengan para pemangku kepentingan supaya manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Capt. Mugen Sartoto menjelaskan, penggunaan kapal sebagai tempat isolasi apung pertama kali diusulkan oleh Pemerintah Kota Makassar, yang kemudian mendapat dukungan penuh oleh Pemerintah Pusat melalui Kemenhub.
Ia mengatakan, KM Umsini telah resmi digunakan menjadi tempat isolasi apung terpadu yang dapat menampung hingga 785 pasien Covid-19 OTG dan gejala ringan, sejak Senin 2 Agustus 2021.
Disusul kemudian oleh KM. Tatamailau dengan kapasitas 458 bed (448 bed untuk pasien dan 10 bed untuk nakes), yang akan ditempatkan di Pelabuhan Bitung untuk melayani Masyarakat Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara,
Baca juga: Pemerintah siapkan isolasi terpusat gunakan kapal Pelni
KM. Bukit Raya dengan kapasitas 463 bed (450 bed untuk pasien dan 13 bed untuk nakes), yang akan ditempatkan di Pelabuhan Belawan untuk melayani Masyarakat Kota Medan,
KM. Sirimau dengan kapasitas 460 bed (449 bed untuk pasien dan 11 bed untuk nakes), yang akan ditempatkan di Pelabuhan Sorong untuk melayani Masyarakat Kota Sorong,
KM. Tidar dengan kapasitas 929 bed (873 bed untuk pasien dan 56 bed untuk nakes), yang akan ditempatkan di Pelabuhan Jayapura untuk melayani Masyarakat Kota Jayapura,
Selanjutnya, KM Lawit dengan kapasitas 437 bed (419 bed untuk pasien dan 18 bed untuk nakes), yang ditempatkan di Lampung.
"Tiap-tiap tempat tidur antar pasien isolasi mandiri telah diberikan sekat (recovery capsule) dengan pemisahan berdasarkan jenis kelamin. Jumlah tersebut sesuai dengan kebijakan 50 persen dari kapasitas kapal sehingga protokol kesehatan di atas kapal tetap terlaksana," kata Mugen Sartoto.
Ia menambahkan, beberapa fasilitas penunjang di kapal juga telah dipersiapkan guna mendukung pelaksanaan isolasi mandiri, seperti penyediaan kamera pengawas (CCTV), poliklinik, jogging track. Selain itu juga “top deck" sebagai ruang terbuka di atas kapal dapat dimanfaatkan oleh pasien isolasi mandiri sebagai lokasi untuk berolahraga maupun berjemur.
"Adanya fasilitas yang disediakan tersebut diharapkan dapat mendukung percepatan proses penyembuhan pasien yang melakukan isolasi di atas kapal," pungkasnya.
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021