• Beranda
  • Berita
  • Bank Mandiri: Pengelolaan risiko kredit strategi penting lalui pandemi

Bank Mandiri: Pengelolaan risiko kredit strategi penting lalui pandemi

19 Agustus 2021 15:03 WIB
Bank Mandiri: Pengelolaan risiko kredit strategi penting lalui pandemi
Tangkapan layar Direktur Manajemen Risiko PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Ahmad Siddik Badruddin saat memberikan paparan dalam sebuah seminar daring di Jakarta, Kamis. ANTARA/Citro Atmoko.
Direktur Manajemen Risiko PT Bank Mandiri Tbk Ahmad Siddik Badruddin menyebutkan pengelolaan risiko kredit yang optimal menjadi salah satu dari tiga strategi utama perseroan yang penting agar bisa melalui pandemi.

"Pertama adalah bagaimana bank mandiri atau perbankan bisa mengelola risiko kredit seoptimal mungkin untuk debitur restrukturisasi karena COVID. Artinya bisa melakukan modelling, analisa, segmen mana saja yang bisa survive, segmen mana saja yang perlu dibantu dengan restrukturisasi ulang, dan segmen mana saja yang tidak akan survive sehingga butuh bantuan yang lebih dalam," ujar Ahmad dalam sebuah seminar daring di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, bank yang bisa mengelola risiko kredit dari restrukturisasi dengan seoptimal akan sukses secara profit pada tahun ini dan juga tahun depan.

"Di Bank Mandiri, dari tahun lalu sampai sekarang kita sudah menyetujui restrukturisasi sebesar total Rp126 triliun, akan tetapi balance dari kredit restru tersebut di bulan Juni tinggal Rp96,5 triliun. Jadi sudah ada penurunan balance, pelunasan, pembayaran, sehingga saldonya turun dari Rp126 triliun menjadi Rp96,5 triliun," kata Ahmad.

Debitur yang diberikan relaksasi restrukturisasi kredit adalah mereka yang sebelum pandemi memang debitur yang sehat sehingga ketika ekonomi mulai sedikit pulih, sebagian besar dari debitur tersebut tidak lagi memerlukan restrukturisasi kredit.

Baca juga: Bank Mandiri restrukturisasi kredit 439.629 ribu debitur hingga Juni

"Strategi kedua yaitu bagaimana insight yang kita peroleh lebih dari setahun lebih ini, bisa kita gunakan untuk melakukan strategi yang tajam untuk pertumbuhan bisnis. Artinya bagaimana menggunakan informasi untuk mengetahui industri sektor mana yang resilient dan industri sektor mana yang sudah tumbuh kembali, di provinisi-provinsi mana saja yang mereka kalau debitur di sana diberikan kredit sudah bisa tumbuh," ujar Ahmad.

Menurut dia, saat ini provinsi-provinsi yang berbasis komoditas ternyata risikonya jauh lebih rendah karena harga komoditas lagi tinggi sehingga ekspor pun meningkat.

Ia juga menyampaikan per Juli 2021, kredit Bank Mandiri sudah tumbuh 6,7 persen dan bank plat merah tersebut masih menargetkan kredit tumbuh satu digit di kisaran 6-7 persen.

"Kemudian strategi ketiga yang kita harus terus akselerasi adalah digital banking. Karena selama satu tahun lebih kita lihat  memang kebutuhan dari konsumer kami bagaimana mengalihkan transaksinya dari kantor cabang ke digital, sehingga bisa mereka lakukan dari rumahnya," kata Ahmad.

Untuk tahun ini emiten berkode saham BMRI tersebut mengalokasikan belanja modal untuk pengembangan teknologi informasi sekitar Rp1,5 triliun-Rp2 triliun dan sebagian besar akan dialokasikan ke dalam pengembangan produk digital.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja menerbitkan Peraturan OJK atau POJK No.12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum guna mengakselerasi implementasi perbankan digital di Tanah Air yang semakin diperlukan terutama di tengah pandemi. 

Baca juga: Bank Mandiri salurkan kredit dari dana pemerintah Rp26,9 triliun

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021