Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga mengatakan reksadana campuran berpotensi menjadi instrumen investasi yang absolut di masa pandemi dengan kondisi ekonomi yang fluktuatif.Komposisi reksadana campuran yang tidak mengharuskan minimum investasi pada saham sebesar 80 persen menjadikan investasi terselamatkan karena bersifat fleksibel dan adaptif
"Komposisi reksadana campuran yang tidak mengharuskan minimum investasi pada saham sebesar 80 persen menjadikan investasi terselamatkan karena bersifat fleksibel dan adaptif," katanya dalam rilis di Jakarta, Jumat.
Kondisi ekonomi terkait pandemi selama dua tahun terakhir ini memperpanjang konsolidasi yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sehingga sudah empat tahun lamanya tidak bergerak ke mana-mana.
"Stabil di satu sisi. Cuma indeks saham yang kita harapkan rata-rata naik per tahun ternyata malah stagnan. Indeks LQ45 malah lebih parah, delapan tahun tidak ke mana-mana," kata Antony.
Kondisi tersebut, menurut Antony, membuat fund manager atau manajer investasi tertantang untuk memilih instrumen investasi lebih cermat dan mengalahkan pasar.
Di Trimegah AM, menurut dia, perspektif lama yang selalu mengacu pada indeks tertentu kemudian diubah, dan timbul ide untuk melebarkan dan mengambil pendekatan yang lebih fleksibel. Langkah yang diambil adalah dengan mengambil platform paling fleksibel yang diizinkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu reksadana campuran.
"Campuran boleh 1 hingga 79 persen per tipe instrumen, bebas bergerak, fleksibel dan adaptif. Itu dimungkinkan untuk menghadapi market yang volatil, hadirlah reksadana campuran Trimegah Balanced Absolute Strategy (Bastra)," ujar Antony.
Bastra diluncurkan 2,5 tahun yang lalu. Sejak Bastra dikeluarkan, kinerja IHSG secara kumulatif dalam kondisi minus hampir 5 persen.
Namun, lanjutnya, Bastra menghasilkan kinerja kumulatif 59 persen plus, hampir 60 persen. Ketika IHSG tidak bergerak, Bastra justru mampu menelurkan kinerja yang cukup baik.
Menurut Antony, di Bastra, manajer investasi Trimegah fokus acuannya mengalahkan suku bunga deposito plus 5 persen dan bukan mengalahkan IHSG atau LQ45 seperti umumnya reksadana saham.
"Ketika kami fokus mengalahkan misal IHSG, kalau IHSG negatif minus 37, kami minus 20, maka kami sudah mengalahkan IHSG, akan tapi investor tetap tidak happy karena investor maunya return yang absolut, maunya positif. Perspektif ini yang berbeda di Bastra, kami ganti objective-nya untuk mengalahkan suku bunga deposito plus 5 persen. Nah ternyata menarik, dan hasilnya berbeda," kata Antony.
Ia menyebutkan pada 2020 kinerja Bastra positif 22,9 persen sementara IHGS minus 5,1 persen. Hal itu terjadi karena manajer investasi Trimegah AM dapat bermanuver dengan fleksibel dan berhasil mengantisipasi situasi COVID-19 yang akan semakin parah di awal-awal masa pandemi terjadi.
Baca juga: Pacu bisnis reksadana, PNM Investment kembangkan aplikasi Sijago
Baca juga: Sinarmas Asset Management imbau nasabah reksadana tidak khawatir
Baca juga: Analis ingatkan otoritas lebih tegas untuk jaga kepercayaan investor
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021