• Beranda
  • Berita
  • Sosiolog: Isoter berbasis kecamatan beri rasa nyaman secara emosional

Sosiolog: Isoter berbasis kecamatan beri rasa nyaman secara emosional

20 Agustus 2021 20:48 WIB
Sosiolog: Isoter berbasis kecamatan beri rasa nyaman secara emosional
Ilustrasi - Puluhan warga di Kabupaten Klungkung dijemput untuk jalani isoter di hotel, Kamis (19/08/2021). ANTARA/HO-Polres Klungkung.
Sosiolog Universitas Udayana, Bali Wahyu Budi Nugroho mengatakan perencanaan isolasi terpusat (isoter) berbasis kecamatan di wilayah Bali bisa memberikan dampak positif, salah satunya memberikan kenyamanan secara emosional.
 
"Ini bisa mengurangi keengganan warga untuk berpindah ke isoter, karena isoter berbasis kecamatan sudah tentu lebih dekat dengan rumah, dengan begitu ada kenyamanan psikologis dan emosional," kata Wahyu Budi Nugroho saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Jumat.
 
Ia mengatakan bahwa isoter berbasis kecamatan dianggap sebagai lingkungan yang sudah tak asing lagi. Selain itu, kata dia mungkin ada warga yang menempati isoter itu juga sudah mengenal orang-orang yang bertugas di sana, sehingga kepercayaan dan rasa nyaman akan lebih mudah dibangun.
 
Penekanan kasus COVID ini, tidak ada terletak pada peran masyarakat tetapi juga semua pihak, termasuk pemerintah.

Baca juga: ITDC serahkan perlengkapan belajar untuk anak berkebutuhan khusus

Baca juga: Kepala BNPB tinjau lokasi isolasi terpusat di Bali
 
"Dari pemerintah misalkan, bagaimana pemerintah harus terus bisa mendistribusikan bantuan sosial secara merata dan tepat sasaran, sehingga mobilitas warga selama pandemi, terutama pekerja harian, dapat terus diminimalisir," katanya.
 
Sementara itu, Ahli Virologi Universitas Udayana Bali Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan banyak orang lebih memilih isoman daripada isolasi terpusat. Namun, pada kenyataannya mau tidak mau harus ikuti isolasi terpusat karena ada pengawasan langsung dari petugas.
 
"Kalau isoman apakah bisa dipastikan tidak kontak dengan lain, kalau bisa itu baik. Masalahnya sekarang, ya, tidak percaya yang isoman tidak kontak sama orang lain, situasi sangat mencemaskan itu barangkali kalau saja tracing bagus sejak awal," katanya.
 
Menurutnya, idealnya ketika ada satu orang terkonfirmasi positif COVID-19, 30 orang di sekitarnya harus dilacak lalu dites untuk lanjut isolasi. Namun, kemampuan pemerintah saat ini belum memadai.
 
"Kalaupun dilakukan isoter dengan tracing sangat rendah, dampaknya tidak akan banyak. Kalau benar-benar tracing minimal 15 orang dari satu yang positif, maka jumlah orang terkonfirmasi positif akan banyak, di sisi lain kemampuan daerah terbatas," ucapnya.
 
Terkait pelayanan isoter, juga harus layak untuk menghindari penolakan perpindahan isoman ke isoter.*
 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021