"Saya berharap, KKP serius mengembangkan pupuk hayati dari rumput laut dan limbah perikanan sebagai alternatif menyelesaikan persoalan pupuk nasional, baik pupuk subsidi maupun nonsubsidi," kata Andi Akmal Pasluddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Akmal meneruskan, berdasarkan dari beberapa kajian yang ada di kampus-kampus, rumput laut yang banyak terdapat di wilayah Indonesia dapat diolah jadi gula hingga bioetanol.
Selain ramah lingkungan, lanjutnya, olahan rumput pengganti pupuk kimia ini juga diproduksi dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan dan melimpah.
"Ketika ini sudah terealisasi, kita semua berharap pada upaya ini akan memberikan manfaat dan peningkatan ekonomi nasional sehingga daya beli masyarakat di kalangan petani dan nelayan dapat meningkat di kemudian hari," ucapnya.
Baca juga: Peneliti: Perlu perbaikan skema bantuan petani
Akmal menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia yang belum menjadi negara yang mampu mengoptimalkan potensi alam ini untuk melayani kebutuhan dunia.
Hal itu, ujar dia, terbukti dari banyaknya hasil olahan produk makanan yang berbahan baku rumput laut malah dipasok oleh sejumlah negara seperti Jepang dan Thailand yang juga masuk di pasar ritel modern di Indonesia.
“Saat ini, anggaran pupuk subsidi yang dialokasikan pemerintah sekitar Rp20 triliunan. Bahkan pernah mencapai Rp34 triliun. Itu pun hanya memenuhi sekitar 34 persen kebutuhan pupuk nasional. Terobosan pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan ini, bila mampu dilakukan akan menghemat uang negara yang begitu signifikan," paparnya.
Sebelumnya, KKP melalui peneliti Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) telah menciptakan formula pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut dan limbah perikanan, hingga meraih penghargaan Satyalancana Wira Karya.
Pada peringatan HUT RI ke-76 pada tahun 2021 ini, peneliti Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan KKP Jamal Basmal dianugerahi tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI Joko Widodo, yang diserahkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, bersama para pegawai KKP lainnya, termasuk dari BRSDM.
Baca juga: Industri pupuk ekspor 327 ribu metrik ton amoniak
Penghargaan tersebut diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya dalam memberikan darma baktinya yang besar kepada negara dan bangsa Indonesia sehingga dapat dijadikan teladan bagi orang lain.
Jamal dinilai berhasil menciptakan formula pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut dan limbah perikanan yang memiliki keunggulan sebagai zat pemacu tumbuh yang dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman dan mampu menghindarkan dari hama sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia, memperbaiki kualitas tanaman, serta meningkatkan pendapatan masyarakat.
Menurut Jamal, pupuk hayati berbasis rumput laut akan memberikan manfaat dan peningkatan ekonomi antara lain membuka peluang bisnis pupuk hayati dengan menggunakan bahan baku rumput laut dan limbah pertanian lainnya serta menggunakan konsorsium mikroba untuk menjamin ketersediaan unsur hara N-P-K dan melindungi tanaman dari hama dan patogen lainnya.
“Diharapkan nantinya produk pupuk hayati yang ramah lingkungan dapat mensubstitusi pupuk kimia. Bahan baku rumput laut yang digunakan untuk produksi pupuk hayati bisa menggalakkan budidaya rumput laut di kalangan petani rumput laut," ujar Jamal.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021