Peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 ini menjadi petenis Jerman pertama dalam 36 tahun yang menjuarai Cincinnati Masters sejak Boris Becker pada 1985.
"Kemenangan pertama terjadi empat hari lalu, dan sekarang saya memiliki gelar pertama saya di sini. Ini adalah minggu yang luar biasa, banyak pertandingan hebat. Ini adalah perasaan yang hebat sebelum ke US Open," kata Zverev seperti dikutip dari ATP Tour, Senin.
Gelar ini memutus puasa gelar bagi Zverev dalam enam penampilannya di turnamen ini sebelumnya. Namun kesabarannya terbayarkan ditambah ia juga sudah menyabet medali tertinggi di ajang multicabang terbesar sedunia awal bulan ini di Jepang.
Baca juga: Zverev bawa pulang emas tunggal putra tenis Olimpiade
Baca juga: Barty taklukkan Teichmann untuk juarai Cincinnati Masters
Kini Zverev memperpanjang rekor kemenangannya menjadi 11 pertandingan, termasuk kemenangan atas Stefanos Tsitsipas di semifinal satu hari sebelumnya.
Dia juga mempertebal skor catatan pertemuan dengan Rublev menjadi 5-0 melalui aksi agresif sepanjang pertandingan, dengan menembakkan enam ace dan memenangkan 93 persen poin servisnya setelah bertanding dalam 59 menit.
"Saya bermain tenis yang cukup bagus, tapi saya tidak melakukan selebrasi besar karena saya tahu bagaimana perasaan Andrey. Kami telah berteman baik sejak berusia 11 tahun dan saya tahu dia sedang mencari kemenangan Masters 1000 pertamanya. Saya yakin itu akan segera datang baginya," ujar Zverev.
Zverev mengaku lebih percaya diri untuk melangkahkan kakinya ke Grand Slam terakhir musim ini, US Open di New York, setelah meraih hasil positif di Cincinnati.
"Saya tak ingin berlebihan. Saya memenangkan medali emas dan baru saja memenangkan gelar Master, saya sangat senang dan menantikan New York," pungkasnya.
Baca juga: Rublev depak rekan senegara Medvedev di semifinal Cincinnati
Baca juga: Osaka merasa "tidak bersyukur" sebagai bintang tenis
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021