Sejauh ini, penyelenggara telah melaporkan 161 kasus COVID-19 yang terkait dengan Paralimpiade, sebagian besar di antaranya adalah staf dan kontraktor yang tinggal di Jepang namun juga termasuk enam atlet.
Paralimpiade Selandia Baru mengatakan para atletnya tidak akan ambil bagian dalam upacara pembukaan, di mana dua pembawa bendera biasanya memimpin rekan satu timnya memasuki stadion.
Baca juga: Ketua penyelenggara janji jauhkan Paralimpiade Tokyo dari pandemi
"Tim kami tidak akan hadir karena kami melanjutkan komitmen kami terhadap prinsip dan pedoman keamanan COVID-19 kami, yang bertujuan untuk menjaga tim kami seaman mungkin," kata tim Paralimpiade Selandia Baru, dikutip dari AFP, Selasa.
Tim Paralimpiade Selandia Baru tidak menunjuk pembawa bendera, namun dua atlet akan secara simbolis diberi "peran kepemimpinan."
Sepanjang pandemi, Selandia Baru telah mengejar target "Covid zero," yang membuat negara tersebut mengalami 26 kematian dalam lima juta populasi.
Baca juga: Penyelenggara Paralimpiade Tokyo perketat protokol COVID-19
Namun, karantina wilayah atau lockdown secara nasional saat ini dilakukan di Selandia Baru dalam upaya mengekang penyebaran varian Delta yang sangat menular.
Selandia Baru adalah satu-satunya dari 162 delegasi Paralimpiade yang telah mengkonfirmasi akan melewatkan upacara pembukaan, menurut juru bicara Komite Paralimpiade Internasional (IPC), Craig Spence.
"Kami harus menghormati keputusan itu," kata Spence.
Baca juga: Bersiap memetik nilai-nilai mulia dari Paralimpiade Tokyo 2020
Dia menambahkan bahwa kepala tim Paralimpiade Selandia Baru, Fiona Allan, mengatakan bahwa meskipun ada tindakan pencegahan penyebaran virus corona yang ketat, mereka ingin "sangat aman."
Ada 32 atlet Paralimpiade di tim Selandia Baru, menurut penyelenggara Tokyo 2020.
Beberapa negara telah mengurangi jumlah perwakilan pada upacara pembukaan karena berbagai alasan termasuk COVID-19 dan cuaca panas, kata Spence.
"Kami menghargai bahwa parade akan menjadi sedikit lebih pendek, akan ada lebih sedikit atlet dibandingkan dengan Paralimpiade normal."
"Itu memalukan, tapi kami menghormati keputusan itu dan sebenarnya, itu mungkin mempercepat durasi upacara," kata Spence.
Situasi COVID-19 di Jepang memburuk secara dramatis dalam beberapa pekan sejak upacara pembukaan Olimpiade 23 Juli, dengan lebih dari 25.000 kasus harian tercatat beberapa kali dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Kondisi psikologis atlet faktor penting di Paralimpiade Tokyo
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021