Seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, BRI diproyeksi mampu membukukan kinerja yang lebih baik hingga akhir tahun
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memproyeksikan kinerja solid yang dibukukan BRI akan berlanjut hingga akhir tahun 2021.
“Terjaganya kinerja yang baik karena pertumbuhan kredit diiringi efisiensi beban dana yang sangat kuat,” kata Trioska dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Ia optimistis BRI akan mampu beradaptasi di masa pandemi seiring dengan pemulihan kinerja ekonomi nasional yang pada triwulan kedua 2021 mencapai 7,07 persen.
Ia juga berharap dengan adanya pelonggaran mobilitas masyarakat setelah pemerintah memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan menggerakkan ekonomi dan berimplikasi langsung pada dunia usaha, tak terkecuali BRI.
"Bila pelonggaran dapat dilakukan pada kuartal keempat, maka pada akhir tahun kinerja laba BRI akan meningkat sekitar 11-15 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ujar Trioksa.
Trioska juga menilai pembentukan holding, kemampuan BRI bersama holding Ultra Mikro (UMi) akan mendorong ekspansi lebih kuat lagi ke pasar global. Melalui upaya pembiayaan, pemberdayaan dan pembinaan akan lebih masif akan mendorong banyak investor untuk berkontribusi langsung pada pengembangan segmen usaha ultra mikro.
“Perseroan juga sudah akan mulai melakukan integrasi bisnis melalui holding ultra mikro yang akan mendorong peningkatan kinerja profitabilitas lebih baik lagi,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan pengamat pasar modal yang juga Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi. Dia menyampaikan performa finansial BRI pada semester pertama 2021 yang membukukan laba Rp12,54 triliun atau tumbuh sekitar 22,93 persen (yoy) cukup baik dari top lines maupun bottom lines.
Pencapaian tersebut dinilainya istimewa di tengah pembatasan aktifitas masyarakat oleh pemerintah guna menghadang laju pandemi.
“Seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, BRI diproyeksi mampu membukukan kinerja yang lebih baik hingga akhir tahun,” katanya.
Faktor utama pendorong peningkatan kinerja BRI adalah kredit yang tumbuh positif di atas rata-rata industri perbankan nasional. Hingga akhir Juni 2021, penyaluran kredit BRI secara konsolidasian mencapai Rp929,40 triliun tumbuh positif dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp922,97 triliun.
Dana murah (CASA) mendominasi struktur pendanaan BRI yang mencapai 59,56 persen atau tumbuh dari CASA pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 55,81 persen. Peningkatan proporsi CASA itu membuat biaya dana atau Cost of Fund BRI turun dari 3,54 persen pada akhir kuartal II 2020 menjadi 2,18 persen pada akhir kuartal II 2021.
Di samping itu kualitas kredit juga terjaga, sehingga pencadangan dapat dipertahankan pada level yang kuat tanpa perlu alokasi tambahan yang signifikan. Tercatat Non Performing Loan (NPL) BRI pada akhir kuartal II 2021 sebesar 3,30 persen dengan NPL coverage mencapai 254,84 persen.
Sementara itu Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menyatakan bahwa keberhasilan BRI menjaga NPL tak terlepas dari menurunnya tren restrukturisasi kredit terdampak pandemi. Hingga akhir Juni 2021 tercatat outstanding kredit restrukturisasi akibat pandemi sebesar Rp175,16 triliun atau turun Rp56,3 triliun dari total akumulasi kredit restrukturisasi.
“Pertumbuhan kredit yang positif disertai dengan membaiknya kinerja COF membuat pendapatan bunga bersih BRI tumbuh dengan baik. Kinerja yang prudent juga tercermin dari rasio LDR maupun CAR yang berada pada angka ideal,” ujar Catur.
Baca juga: BRI raih laba Rp12,54 triliun kuartal II 2021, tumbuh 22,93 persen
Baca juga: BRI mampu catat pertumbuhan kredit 4,86 persen di tengah pandemi
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021