• Beranda
  • Berita
  • IDI rekomendasikan vaksin penguat bila kekebalan kelompok gagal

IDI rekomendasikan vaksin penguat bila kekebalan kelompok gagal

25 Agustus 2021 20:31 WIB
IDI rekomendasikan vaksin penguat bila kekebalan kelompok gagal
Tangkapan layar Wakil Ketua Umum PB-IDI Slamet Budiarto saat hadir dalam agenda rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Rabu (25/8/2021). (ANTARA/Andi Firdaus).

Ini harus diantisipasi apabila kecepatan vaksinasi tak tercapai,

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) merekomendasikan vaksinasi dosis ketiga atau penguat (booster) untuk masyarakat umum sebagai skenario kedua bila Indonesia mengalami kegagalan herd immunity atau kekebalan kelompok.

"Kami usulkan juga ada skenario kedua, apabila herd immunity tidak tercapai. Sehingga (peserta vaksinasi) yang bulan Januari, Februari, Maret, April 2021 itu perlu dilakukan booster karena antibodinya sudah turun," kata Wakil Ketua Umum PB-IDI Slamet Budiarto dalam agenda rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Rabu.

Berdasarkan analisa PB-IDI, kata Slamet, vaksin Sinovac dalam waktu enam hingga 12 bulan sudah harus dilakukan booster. "Sehingga ini harus diantisipasi apabila kecepatan vaksinasi tak tercapai," katanya.

Menurut Slamet,  kecepatan vaksinasi dosis kedua di Indonesia sudah mencapai 594.774 per hari dari total sasaran 208 juta orang.

"Andaikan saja 600 ribu orang divaksin per hari, maka butuh tujuh hingga delapan bulan untuk terjadi herd immunity," katanya.

Baca juga: Kemenkes: Dosis ketiga vaksin untuk nakes, bukan masyarakat umum
Baca juga: Hoaks! Moderna disuntikkan sebagai dosis ketiga masyarakat umum


Slamet mengatakan,  kekebalan kelompok dapat dicapai melalui dua hal, yakni melalui infeksi secara alamiah dengan risiko kematian yang banyak atau melalui vaksinasi COVID-19.

Untuk itu, kata Slamet, diperlukan analisa yang mendalam untuk menentukan jumlah penduduk yang divaksin di Indonesia.

"Berdasarkan jurnal yang dikeluarkan oleh Australia, bahwa dengan efikasi vaksin 95 persen, untuk mencapai herd immunity minimal adalah 63 persen populasi penduduk divaksin," katanya.

Kalau efikasi vaksinnya 90 persen, kata Slamet, minimal vaksinasi mencakup 66 persen penduduk. Jika efikasi 80 persen, minimal 75 persen populasi harus tervaksin. Sementara jika efikasi 70 persen, maka 86 persen populasi harus tervaksin.

"Sampai kalau efikasi vaksin 50 persen, itu tidak akan tercapai herd immunity," katanya.

Slamet mengatakan,  efikasi vaksin Sinovac yang telah disuntikan kepada masyarakat sepanjang Januari hingga April 2021 sebesar 70 persen, berarti 86 persen jumlah penduduk harus dilakukan vaksinasi.

PB IDI mengusulkan kepada pemerintah untuk mengkaji secara mendalam target sasaran vaksinasi sebanyak 208 juta orang di Indonesia.

"Jadi  mungkin  ada rencana kedua apabila sampai 208 juta ini tidak terjadi herd immunity berarti kan diperluas, artinya ketersediaan vaksin juga harus diperbanyak," ujarnya.

Baca juga: Vaksinasi dosis ketiga untuk nakes di Jateng capai 31,36 persen
Baca juga: 4.822 tenaga kesehatan di Jaksel telah divaksin dosis ketiga

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2021