• Beranda
  • Berita
  • Optimalisasi PLTS atap bertumpu pada rumah tangga dan industri

Optimalisasi PLTS atap bertumpu pada rumah tangga dan industri

27 Agustus 2021 14:49 WIB
Optimalisasi PLTS atap bertumpu pada rumah tangga dan industri
Instalasi pembangkit listrik tenaga surya yang terpasang di atap bangunan PT Bina Niaga Multiusaha di kawasan industri Jababeka, Bekasi, Jawa Barat. ANTARA/HO-Bina Niaga Multiusaha

Pemerintah telah mengatur agar target kapasitas terpasang PLTS atap sebesar 3,6 GW bisa tercapai pada 2025

Kementerian ESDM menargetkan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap bisa mencapai 3,6 gigawatt (GW) dalam kurun waktu empat tahun ke depan atau pada 2025.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan optimalisasi pengembangan PLTS atap akan bertumpu pada sektor rumah tangga dan industri guna memaksimalkan pencapaian target tersebut.

"Jadi, sebenarnya (PLTS atap) nanti akan bertumpu pada sektor rumah tangga dan juga industri," kata Dadan dalam diskusi daring PLTS atap yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan proyeksi Kementerian ESDM, target pengembangan PLTS atap untuk sektor rumah tangga selama empat tahun ke depan memiliki potensi daya listrik sebesar 1,52 GW.

Asumsi jumlah pelanggan PLN yang akan memasang PLTS atap dengan target dua persen dari pelanggan 1.300 VA dan 10 persen dari pelanggan 2.200 VA.

Sedangkan, dari sektor bisnis, pemerintah memperkirakan ada potensi 1,3 GW energi hijau itu dengan rincian 10 persen pelanggan PLN 1.300 VA sampai 14 kVA dan 20 persen pelanggan di atas 14.000 kVA juga memasang PLTS atap.

Dadan menjelaskan pemerintah telah mengatur agar target kapasitas terpasang PLTS atap sebesar 3,6 GW bisa tercapai pada 2025.

Menurutnya, pencapaian target itu akan dilakukan secara bertahap mulai tahun ini dengan beberapa ratus MW, kemudian tahun depan bertambah lagi beberapa ratus MW hingga akhirnya target itu terwujud.

Kementerian ESDM akan mendiskusikan optimalisasi target tersebut dengan PLN supaya tidak terjadi gangguan dari sisi penyediaan listrik ke depan.

"Kami menargetkan 3,63 GW ini kira-kira lima persen dari kapasitas pembangkit listrik yang ada di PLN yang berasal dari sektor pemerintah, sosial, dan rumah tangga," ujar Dadan.

Lebih lanjut, dia menambahkan sektor rumah tangga akan menjadi yang terbesar dalam target penetrasi, lalu disusul sektor industri dan bisnis.

Saat ini, pemerintah masih terus mengevaluasi sektor bisnis untuk mengetahui seberapa besar potensinya secara riil di lapangan, semisal luasan atap mal maupun gedung kantor.

Dalam grafik simulasi yang dibuat Kementerian ESDM dari 130.366 jumlah pelanggan listrik sektor industri terdapat potensi 18.224 pelanggan yang akan memasang PLTS atap atau secara persentase sebesar 13,98 persen.

Saat ini, pemerintah sedang mengkaji skema baru perhitungan nilai ekspor impor listrik agar semakin menarik minat pelanggan untuk menggunakan PLTS atap. Nilai transaksi eksim akan ditingkatkan dari sebelumnya 65 persen ke 100 persen.

Skema itu nantinya akan tertuang dalam regulasi baru, yakni rancangan revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 tahun 2018 tentang PLTS atap yang baru saja selesai tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.

Baca juga: Kementerian ESDM pacu pertumbuhan industri PLTS atap
Baca juga: Bukit Asam siapkan lahan untuk tiga proyek PLTS 300 MW
Baca juga: Menteri Arifin ungkap alasan pemerintah naikkan nilai eksim PLTS atap

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021