Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan solusi berbasis ekosistem melalui restorasi mangrove yang dalam konteks perubahan iklim dapat memberikan tiga manfaat
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta (BKSDA) Abdul Kodir mengajak seluruh masyarakat untuk mulai lebih memperhatikan kelestarian hutan mangrove di Teluk Jakarta yang semakin hari mengalami tekanan tinggi akibat konversi penggunaan lahan.
“Pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu agar tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kerusakan atau kepunahan,” kata Abdul dalam Dialog konservasi bertajuk “Beraksi Untuk Bumi” secara daring di Jakarta, Jumat.
Baca juga: BRGM tingkatkan partisipasi warga dalam rehabilitasi kawasan mangrove
Berdasakan hasil kajian yang dilakukan BKSDA dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) tahun 2019, hutan mangrove di Teluk Jakarta berada di bawah tekanan yang tinggi akibat konversi penggunaan lahan terutama untuk pemukiman.
Abdul mengatakan, tekanan tersebut diperparah dengan tingkat pencemaran akibat aktivitas warga sekitar yang terbilang tinggi.
“Indonesia memiliki hutan mangrove kurang lebih seluas 3,31 juta hektare. Luasan tersebut merupakan 20 persen lahan dari mangrove di dunia yang mampu menyimpan karbon hingga sepertiga dari seluruh karbon yang tersimpan dalam ekosistem pesisir di dunia,” kata dia.
Ia menjelaskan kekayaan mangrove Indonesia perlu dijaga.
Baca juga: LSM sebut 75 persen hutan bakau di Aceh Tamiang rusak parah
Lebih lanjut dia mengatakan luas kawasan hutan mangrove yang tersisa di Suaka Margasatwa Muara Angke Jakarta kini hanya seluas 25,2 hektare.
Hutan mangrove harus terus dijaga, kata dia, karena memiliki kaitan erat dengan perubahan iklim. Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir, dapat meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim serta meminimalisir dampak bencana alam seperti tsunami, badai dan gelombang laut.
Ia juga menjelaskan bahwa hutan mangrove telah memberikan banyak manfaat untuk makhluk hidup seperti membantu mencegah erosi, menstabilkan garis pantai, melindungi satwa yang hampir punah, melindungi masyarakat dari badai dan banjir serta menyimpan sejumlah besar karbon.
Untuk mengatasi hal tersebut, dia mengatakan pemerintah perlu melakukan solusi-solusi berbasis ekosistem melalui restorasi mangrove.
Baca juga: YKAN dan BKSDA Jakarta kolaborasi rehabilitasi mangrove SM Muara Anke
“Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan solusi berbasis ekosistem melalui restorasi mangrove yang dalam konteks perubahan iklim dapat memberikan tiga manfaat,” ucap dia.
Beberapa solusi yang dia sebutkan mengurangi risiko bencana yang efektif dari segi biaya, mendukung konservasi keanekaragaman hayati juga meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan manusia.
Selain itu, Abdul mengatakan upaya penyadaran akan pentingnya merawat mangrove harus dilakukan secara dini melalui keluarga.
“Melalui pendidikan lingkungan hidup kemudian keluarga berperan, dalam upaya ini yang bahkan menjadi ujung tombak konservasi mangrove kini dan ke depan,” kata dia.
Ia berharap, seluruh warga dapat menjalankan kewajibannya untuk menjaga ekosistem hutan mangrove, mengingat betapa besarnya fungsi dan manfaat yang diberikan oleh ekosistem tersebut.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021