Kelompok yang terdiri dari sekitar 500 orang itu termasuk keluarga dengan anak kecil dari Haiti, Kuba, Amerika Tengah, dan Kolombia, demikian menurut seorang saksi mata Reuters.
Karavan itu datang setelah berhari-hari protes oleh para migran di Tapachula, yang telah menuntut kasus mereka dipercepat sehingga mereka dapat meninggalkan negara bagian selatan dan pindah ke bagian lain Meksiko atau menuju ke perbatasan AS tanpa risiko deportasi, menurut laporan berita lokal.
"Kami tidak dapat bertahan hidup di Tapachula," kata migran Kolombia Carlos Correa, 31, yang mengatakan dia bergabung dengan karavan pada Sabtu setelah menunggu selama tiga bulan tanpa menerima tanggapan atas permohonan suakanya.
"Kami meminta pemerintah Meksiko untuk membuat koridor kemanusiaan bagi kami sehingga kami dapat melakukan perjalanan ke perbatasan (AS)," katanya.
Di bawah hukum Meksiko, para migran harus tetap berada di negara bagian di mana mereka mencari suaka sampai kasus mereka diselesaikan, sebuah proses yang bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Baik Meksiko maupun Amerika Serikat telah menghadapi migrasi besar-besaran tahun ini, terutama dari Amerika Tengah, di mana kekerasan, kemiskinan, dan krisis kelaparan telah mendorong ratusan ribu orang mengungsi.
Agen Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS telah melakukan lebih dari 1,2 juta penangkapan atau pengusiran migran yang melintasi perbatasan AS sejak Oktober.
Meksiko menghadapi tekanan yang meningkat dari Washington untuk mengambil langkah-langkah untuk membatasi imigrasi ke AS.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah Meksiko telah mengirim ribuan migran ke Meksiko selatan dengan pesawat, di mana mereka diangkut dengan bus ke perbatasan Guatemala.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ibu dari balita Honduras yang ditinggal di Meksiko hubungi otoritas
Baca juga: Meksiko minta AS dukung program kesejahteraan untuk kekang migrasi
Baca juga: AS tahan hampir 100.000 migran di perbatasan Meksiko pada Februari
Pewarta: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021