“Kalau dari komponen agregat konsumsi kita mungkin hanya akan tumbuh di kisaran 2,2 persen hingga 2,8 persen,” katanya dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.
Sri Mulyani menjelaskan konsumsi sempat melambung tinggi pada kuartal II yang didorong oleh adanya momentum Lebaran Idul Fitri dan Ramadhan namun kemudian turun karena penerapan PPKM level 3 dan 4 untuk menekan kasus COVID-19.
Ia berharap konsumsi pada kuartal III dapat dikejar dari sisa pekan pelonggaran PPKM yaitu dua pekan terakhir Agustus sekaligus September.
Baca juga: Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian 54 persen 2022
“Dua minggu terakhir ini kita harap mulai membaik, kegiatan ekonomi mulai bertahap normal lagi. Harus tidak boleh disertai kenaikan pandemi,” tegasnya.
Di sisi lain, ia menegaskan pemerintah dan masyarakat harus tetap bersinergi menjaga agar pandemi tidak kembali melonjak sebab saat ini kasus COVID-19 di Wisma Atlet mulai menunjukkan peningkatan.
“Jadi kita harus tetap harus hati-hati tidak ada yang menjamin pertumbuhan akan bisa continue kalau kita tidak tetap menjaga dari sisi pada pandemi,” tegasnya.
Baca juga: Dongkrak pertumbuhan, Menkeu targetkan konsumsi 2022 capai 5,3 persen
Menurutnya, jika kasus COVID-19 terkendali dan tidak ada pengetatan mobilitas sehingga konsumsi masyarakat membaik dengan dorongan momentum Natal dan Tahun Baru maka ekonomi tahun ini akan mencapai 3,7 persen sampai 4,5 persen.
“Investasi sudah relatif membaik, kita coba jaga tapi jika operasi dari berbagai sektor produksi mengalami kendala tentu juga akan mempengaruhi investasi,” ujarnya.
Baca juga: Stafsus Menkeu: Ekonomi Indonesia mulai membaik
Baca juga: DPR: Prioritaskan peningkatan daya beli dibanding tarik investasi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021