• Beranda
  • Berita
  • Trend Micro ungkap peningkatan risiko serangan siber perusahaan

Trend Micro ungkap peningkatan risiko serangan siber perusahaan

2 September 2021 16:13 WIB
Trend Micro ungkap peningkatan risiko serangan siber perusahaan
Trend Micro (tangkapan layar).

Trend Micro Cyber Risk Index membeberkan potensi kenaikan risiko serangan siber berupa pencurian data terhadap berbagai perusahaan dalam 12 bulan ke depan.

Trend Micro Incorporated mengungkapkan bahwa peningkatan risiko serangan siber dalam setahun terakhir ini terus meningkat. Berdasarkan survei terbaru, 81 perusahaan di Indonesia mengatakan bahwa kebocoran data mungkin saja terjadi dalam 12 bulan ke depan.

"Berdasarkan temuan di Indonesia, kami melihat adanya peningkatan peristiwa akan risiko kebocoran data," kata Laksana Budiwiyono selaku Country Manager Trend Micro Indonesia saat diskusi daring, Kamis.

Baca juga: LIPI bentuk tim keamanan siber

Baca juga: Langkah aman cegah serangan siber di komputer ICS


"Hal ini perlu mendapat respon cepat karena serangan siber menimbulkan dampak serius bagi perusahaan," kata dia.

Temuan ini merupakan hasil laporan dari Trend Micro yang dilakukan selama setahun dua kali melalui Cyber Risk Index (CRI) yang mengukur gap antara kesiapan keamanan siber para responden dan kemungkinan akan mengalami serangan pencurian data.

Pada semester pertama tahun ini, CRI melakukan survei lebih dari 3.600 bisnis dari berbagai ukuran dan industri di 24 negara, termasuk Indonesia.

CRI diukur berdasarkan skala -19 hingga 10 dimana nilai -10 mewakili tingkat risiko tertinggi. CRI Indonesia saat ini dinyatakan berada di level -0,12 yang berarti termasuk dalam kategori Elevated Risk.

Dibandingkan 2020, nilai CRI Indonesia dilaporkan mengalami penurunan. Sehingga artinya Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan risiko kebocoran data.

Lebih lanjut, Laksana mengatakan, dengan setengah dari responden menyatakan mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan terakhir, perusahaan harus mempersiapkan diri dengan lebih baik dengan mengidentifikasi data penting yang memiliki risiko tinggi.

Selain itu, Laksana juga menyarankan agar perusahaan berfokus pada ancaman yang berdampak besar terhadap bisnis, dan menggunakan perlindungan berlapis dengan platform yang komprehensif dan saling tersambung.

Baca juga: Peretas China curi data pemerintah Kamboja

Baca juga: Website presiden Ukraina diserang peretas

Baca juga: 1.500 bisnis terdampak serangan ransomware

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021