Anze Logar, yang negaranya memegang enam bulan kepresidenan EU, mengatakan penunjukan Taliban sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara EU berarti bahwa pengakuan bukan hanya masalah diplomatik, tetapi juga masalah hukum.
"Kami masih jauh untuk menjawab pertanyaan ini," kata Logar kepada Reuters Rabu (1/9) malam di kota Bled, Slovenia, dengan mengatakan keputusan itu mungkin untuk para pemimpin EU.
"Kemungkinan akan terjadi pertukaran pandangan di antara kepala negara," katanya, menunjuk pada dua pertemuan puncak EU yang dijadwalkan pada Oktober, di Belgia dan Slovenia. Menteri luar negeri dan pertahanan EU juga akan membahas Afghanistan pada Kamis dan Jumat.
Para penguasa Taliban Afghanistan sedang bersiap-siap pada Kamis untuk mengumumkan pemerintahan baru mereka ketika ekonomi berada di ambang kehancuran lebih dari dua minggu setelah milisi Islam itu merebut Kabul dan mengakhiri perang yang kacau selama 20 tahun.
EU, sebuah kelompok yang terdiri dari 27 negara demokrasi, berusaha untuk menegakkan hak asasi manusia di seluruh dunia dan secara konsisten mengecam Taliban, yang menegakkan versi hukum Islam yang keras, termasuk penindasan terhadap perempuan, ketika berkuasa dari 1996 hingga 2001.
Pengakuan pemerintah Taliban oleh negara-negara lain akan memiliki konsekuensi penting, seperti mengizinkan Taliban mengakses bantuan asing yang menjadi sandaran pemerintah Afghanistan sebelumnya. EU adalah donor bantuan terbesar di dunia.
"Bantuan adalah pengaruh yang dimiliki Uni Eropa," kata Logar. "Untuk Afghanistan dan ekonominya, tanpa bantuan ini, adalah pukulan terbesar bagi warga negara, tetapi ada titik persyaratan juga."
Logar mengatakan kebijakan EU harus selalu didasarkan pada nilai-nilainya, yang biasanya disebut oleh blok tersebut sebagai hak asasi manusia, demokrasi, supremasi hukum, dan kebebasan berekspresi.
Namun dia mengatakan Slovenia saat ini tidak terbuka untuk proposal bagi blok tersebut untuk menerima puluhan ribu pengungsi yang melarikan diri dari Afghanistan.
Logar mengatakan bahwa untuk saat ini komitmen EU adalah untuk pengungsi Afghanistan yang telah bekerja dengan pasukan Eropa, pemerintah dan lembaga di Afghanistan, banyak dari mereka tetap tinggal di negara itu meskipun pengangkutan udara besar-besaran bulan lalu untuk mengevakuasi mereka.
"Posisi kami adalah bahwa untuk saat ini tidak ada alasan untuk melampaui janji kami terkait solidaritas dengan penduduk setempat dan keluarga mereka yang bekerja dengan Uni Eropa dan NATO, untuk menyelamatkan hidup mereka," katanya.
Komisi Eropa, eksekutif EU, berencana untuk mengamankan pendanaan sebesar 300 juta euro (Rp 5 triliun) baik tahun ini dan selanjutnya untuk membuka jalan bagi pemukiman kembali sekitar 30.000 warga Afghanistan, tetapi proposal tersebut membutuhkan dukungan dari negara-negara EU.
Sumber: Reuters
Baca juga: Uni Eropa sebut tak akan terburu-buru akui Taliban
Baca juga: EU: Eropa perlu belajar hadapi krisis seperti di Afghanistan
Baca juga: EU didesak untuk tak hentikan deportasi pencari suaka Afghanistan
Pewarta: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021