"Seperti yang sudah kami nyatakan sebelumnya, kami memperbaiki kecerdasan buatan. Kami memahami kecerdasan buatan tersebut tidak sempurna dan kami merencanakan sejumlah progres. Kami meminta maaf kepada siapa pun yang mungkin melihat rekomendasi yang tidak sopan ini," kata Facebook, dikutip dari Cnet, Minggu.
Facebook menyebut kesalahan tersebut tidak bisa diterima dan akan berusaha mencegah kejadian serupa terulang.
Peristiwa ini bermula dari video yang diunggah koran The Daily Mail pada 27 Juni 2020 lalu, yang menampilkan seorang kulit hitam sedang beradu argumen dengan seorang kulit putih dan beberapa polisi.
Baca juga: Facebook latih AI dengan video publik
The New York Times menuliskan klip video tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan monyet atau primata.
Setelah memutar video tersebut, Facebook secara otomatis memberikan notifikasi apakah pengguna ingin melihat video lainnya tentang primata.
Facebook kemudian mematikan fitur kecerdasan buatan tersebut dan menyelidiki masalah itu.
Fitur kecerdasan buatan di media sosial dikritik lantaran bermasalah dalam mengenali warna kulit dan dikhawatirkan memicu rasisme.
Google pada 2015 lalu meminta maaf karena algoritma di aplikasi Photo melabeli orang kulit hitam sebagai gorila.
Facebook pada Juli lalu membentuk tim untuk memeriksa potensi bias rasial pada algoritma mereka.
Baca juga: WhatsApp didenda 225 juta euro karena langgar aturan privasi data
Baca juga: Cara Facebook perangi konten terorisme dan kebencian terorganisir
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021