"Di masa pandemi COVID-19, saya menyaksikan betapa sulitnya anak-anak mendapatkan pendidikan yang optimal, apalagi bagi anak-anak penyandang disabilitas," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Minggu.
"Mereka adalah anak-anak spesial yang membutuhkan asistensi khusus, karena sulit melakukan pembelajaran secara daring, belum lagi jika sarana dan prasarana di rumah kurang memadai," kata Bintang.
Kondisi yang demikian, ia mengatakan, menuntut pada orang tua dan guru lebih kreatif dalam mendidik anak, khususnya anak-anak penyandang disabilitas.
Ia mengemukakan bahwa orang tua dan guru bertugas mengidentifikasi kelebihan-kelebihan anak berkebutuhan khusus serta mengasahnya dengan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Yaswardi menyampaikan pentingnya rasa tulus, ikhlas, dan kasih sayang dalam mendampingi peserta didik berkebutuhan khusus.
“Anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan sentuhan, kehangatan, serta pola belajar yang kooperatif. Mereka harus didampingi dengan rasa empati dan penuh kasih sayang, baik oleh teman sebaya, orang tua, guru, maupun orang dewasa lainnya," katanya.
"Dibutuhkan kolaborasi antara pihak-pihak tersebut dalam memberikan pembelajaran berkualitas bagi anak berkebutuhan khusus,” ia menambahkan.
Yaswardi juga mengatakan bahwa pola pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan kondisi anak dan perkembangan teknologi.
Baca juga:
Kota Tangerang resmikan 79 sekolah inklusi untuk anak berkebutuhan khusus
Kemendikbud selenggarakan AKA-PDBK bagi siswa berkebutuhan khusus
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021