Dalam pameran buku yang digelar di ibu kota China itu, Kedutaan Besar RI di Beijing turut mendirikan anjungan Indonesia.
"Ini merupakan keikutsertaan Indonesia yang keempat kalinya di ajang BIBF," kata Atase Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Atdikbud) KBRI Beijing, Yaya Sutarya.
Ajang pameran buku terbesar kedua di dunia setelah Frankfurt Book Fair di Jerman itu diikuti ratusan negara dan puluhan penerbit dari berbagai belahan dunia.
"Kami secara rutin mengikuti BIBF untuk memperkenalkan buku-buku berbahasa Indonesia kepada para penerbit di China. Dari ajang ini biasanya ada penerbit yang tertarik membeli hak cipta untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Mandarin," ujarnya.
Atdikbud turut mengapresiasi keterlibatan Kantor Berita ANTARA dalam ajang berskala internasional itu.
Baca juga: Pariwisata dan budaya Nusantara masuk acara TV China
"Ada dua buku ANTARA yang turut kami pamerkan di ajang ini," kata Yaya.
"Ipphos Remastered", buku fotografi hitam-putih seputar peristiwa bersejarah berdirinya Republik Indonesia yang diterbitkan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA), turut dipamerkan di ajang tersebut.
Demikian pula dengan buku berjudul "Bertahan di Wuhan" karya Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing M. Irfan Ilmie juga mewarnai ajang pameran itu.
Pameran yang digelar di gedung "New China International Exhibition Center" di Distrik Shunyi, Kota Beijing, itu digelar dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Sehari sebelum pameran dibuka, semua yang terlibat diwajibkan menunjukkan hasil tes negatif PCR dalam 48 jam terakhir.
Panitia, peserta, pendukung, dan pengunjung pameran juga wajib menunjukkan kartu vaksin dosis lengkap.
BIBF sudah digelar yang ke-28 kali. Pada 2020, pergelaran BIBF ditiadakan lantaran pandemi COVID-19.
Baca juga: Dubes RI yakin skema pembayaran rupiah-yuan pulihkan ekonomi nasional
Baca juga: Indonesia raih penghargaan di pameran wisata Xian China
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021