Potensi wisata terpusat seperti desa wisata nampaknya bisa menjadi alternatif, sekarang nampaknya masyarakat mulai bergeser ke pariwisata yang tempatnya tidak harus ramai supaya lebih aman....
Anggota Komisi X DPR Republik Indonesia dari Fraksi Partai Demokrat A.S Sukawijaya meminta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan potensi yang ada di desa-desa menjadi destinasi wisata sehingga menarik minat masyarakat untuk berkunjung.
"Potensi wisata terpusat seperti desa wisata nampaknya bisa menjadi alternatif, sekarang nampaknya masyarakat mulai bergeser ke pariwisata yang tempatnya tidak harus ramai supaya lebih aman. Potensi desa wisata yang nampaknya cocok karena biasanya masyarakat yang penat memilih menghabiskan waktu ke tempat yang tenang dan tidak berkerumun," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Menurut pria yang akrab disapa Yoyok Sukawi itu, potensi desa wisata di Indonesia cukup besar karena di berbagai daerah potensi yang ada sangat beragam, namun harus dikemas secara menarik.
"Desa itu kalau punya potensi dan dipoles serta kemudian 'dipublish' ke media sosial, pasti masyarakat akan datang sendiri," ujarnya.
Baca juga: Menparekraf resmikan Desa Koto Masjid, nikmati wisata mirip Raja Ampat
Oleh karena itu Kemenparekraf dan Dinas Pariwisata di daerah-daerah harus gesit melakukan pendampingan supaya makin banyak desa wisata di Indonesia.
Yoyok juga meminta Kemenparekraf mencarikan solusi bagi pegiat pariwisata setelah beberapa waktu terakhir pendapatannya terdampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Saat PPKM, lanjut dia, pelaku pariwisata memang cukup terdampak karena ada pembatasan kegiatan dan mobilitas sehingga tidak ada yang berkunjung ke tempat wisata atau pun melakukan kegiatan pariwisata.
"Pemerintah melalui Kemenparekraf harus segera memikirkan nasib para pegiat pariwisata, dalam hal ini mencarikan solusi. Pelan-pelan pariwisata diperbolehkan dengan aturan yang menyesuaikan protokol kesehatan," katanya.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021