"Kita tahu pemilihan umum bisa menjadi panas dan kontroversi," kata Kepala Global Integritas Situs Twitter, Yoel Roth, dalam pertemuan virtual tentang manipulasi platform dengan wartawan di Asia, Jumat.
Baca juga: Twitter catat "tech life" jadi tren percakapan tertinggi di Indonesia
Twitter akan mengambil tindakan ketika kampanye politik tersebut bisa memicu kekerasan meski pun tidak termasuk dalam kebijakan manipulasi konten mereka.
Menggunakan akun palsu termasuk dalam manipulasi platform di Twitter. Jika pelanggaran dilakukan oleh akun asli, Twitter akan melihat apakah aktivitas melanggar kebijakan untuk konten.
Kebijakan manipulasi platform di Twitter antara lain mengatur tentang akun palsu, amplifikasi artifisial dan manipulasi terkoordinasi.
Akun palsu memiliki ciri, antara lain, menggunakan alamat email dan nomor ponsel yang sama untuk beberapa akun sekaligus. Akun tersebut bisa merupakan milik individu atau bagian dari jaringan.
Amplifikasi artifisial atau artificial amplification terjadi ketika pengguna menggunakan otomasi atau spam untuk mendongkrak jumlah disukai atau "like" pada konten, cuitan ulang (retweet) atau jumlah pengikut atau orang yang diikuti.
Baca juga: Rusia denda Facebook dan Twitter karena tidak hapus konten
Twitter akan menggali apakah interaksi tentang suatu topik adalah asli atau palsu dengan melihat apakah mereka menggunakan otomati dan bot dan bukti terdapat transaksi interaksi.
Menurut Roth, hal ini mudah dideteksi, namun, sulit untuk mencari tahu siapa aktornya.
Dalam manipulasi terkoordinasi, coordinated manipulatin, sekelompok akun berupaya mengganggu percakapan misalnya dengan mencuit konten yang sama dalam waktu yang sama.
Manipulasi terkoordinasi yang dimaksud adalah aktivitas yang berbahaya, misalnya menggunakan akun yang identik, mendaftar akun dalam jumlah besar dengan email dan nomor ponsel yang sama.
Baca juga: Twitter uji coba fitur Komunitas mirip Grup Facebook
Baca juga: Empat bank dan Twitter kolaborasi kampanyekan edukasi keamanan data
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021