• Beranda
  • Berita
  • India desak Inggris cabut aturan karantina COVID "diskriminatif"

India desak Inggris cabut aturan karantina COVID "diskriminatif"

21 September 2021 21:51 WIB
India desak Inggris cabut aturan karantina COVID "diskriminatif"
Arsip - Calon penumpang menunggu dan melihat layar ketika aturan yang lebih ketat untuk pelancong internasional diberlakukan di Bandara Heathrow, London, Inggris, Januari 2021. ANTARA/REUTERS/as
Kementerian luar negeri India pada Selasa mendesak Inggris untuk mencabut aturan yang mengharuskan pengunjung dari India menjalani karantina meskipun mereka sudah divaksinasi lengkap.

Menurut aturan baru itu, Inggris tidak mengakui vaksin Covishield buatan AstraZeneca yang diproduksi di India oleh Serum Institute, meski identik dengan vaksin yang telah diberikan pada jutaan orang Inggris.

Aturan yang akan diberlakukan mulai Oktober itu memancing kemarahan.

Banyak warga India menyebut keputusan itu sebagai diskriminasi, karena orang Inggris yang disuntik dengan vaksin yang sama tidak diharuskan menjalani karantina.

Kebijakan Inggris itu juga berpotensi mendapat balasan dari India.

Sumber-sumber di pemerintah India mengatakan mereka kemungkinan akan mengambil tindakan balasan jika masalah itu tidak segera diselesaikan.

Menlu India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan lewat Twitter bahwa penyelesaian masalah karantina itu mendesak untuk diselesaikan demi kepentingan bersama.

Jaishankar baru saja bertemu dengan Menlu Inggris Liz Truss di New York, Amerika Serikat, ketika mereka menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca juga: Inggris berencana hapus wajib karantina bagi yang sudah divaksin penuh

Kedutaan Besar Inggris di New Delhi mengatakan pemerintahnya tengah berupaya dengan India untuk menyelesaikan masalah itu.

"Kami berhubungan dengan Pemerintah India untuk menjajaki kemungkinan memperluas pengakuan sertifikat vaksin bagi orang-orang yang divaksinasi oleh badan kesehatan publik terkait di India," kata juru bicara Kedubes.

Aturan baru Inggris itu, yang mewajibkan karantina 10 hari bagi pelancong dari India, juga berlaku bagi banyak negara lain yang menggunakan Covishield.

Shashi Tharoor, seorang penulis dan anggota dewan perwakilan India dari kelompok oposisi, pada Senin (20/9) mengatakan telah membatalkan rencana tur bukunya di Inggris sebagai aksi protes.

Menurut dia, meminta warga India yang telah divaksinasi untuk menjalani karantina adalah tindakan yang menyinggung perasaan.

Jairam Ramesh, anggota dewan lainnya, mengatakan keputusan Inggris itu "berbau rasisme".

AstraZeneca adalah salah satu pemasok penting program vaksinasi Inggris bersama Moderna dan Pfizer dari AS.

Vaksin AstraZeneca berperan dalam sebagian besar vaksinasi di India.

Sejumlah kecil warga India menerima vaksin lokal buatan Bharat Biotech, yang tidak digunakan di Inggris.

Sumber: Reuters

Baca juga: Inggris Raya tolak vaksin COVID-19 Valvena

Baca juga: Survei Inggris: Antusiasme terhadap vaksin COVID AstraZeneca luntur


​​​​​​​

RI amankan 100 juta dosis vaksin Inggris AstraZeneca

Pewarta: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021