Ini buah dari kerja Kementerian Perindustrian meyakinkan Panasonic, juga pabrik lain untuk melakukan relokasi ke Indonesia,
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melepas ekspor produk mesin cuci yang diproduksi oleh pabrik milik PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PT PMI) ke Jepang, yang mana pabrik tersebut merupakan hasil relokasi dari Tiongkok.
"Ini buah dari kerja Kementerian Perindustrian meyakinkan Panasonic, juga pabrik lain untuk melakukan relokasi ke Indonesia," kata Menperin kepada Antara melalui pesan elektronik di Jakarta, usai menghadiri pelepasan ekspor mesin cuci Panasonic ke Jepang secara virtual, Kamis.
Pemerintah serius dalam upaya pengelolaan dan perbaikan iklim usaha khususnya bagi pelaku industri di Tanah Air, dengan ditandai berbagai kebijakan probisnis yang telah dikeluarkan untuk mendukung hal tersebut.
Sebagai hasilnya, Agus menyebut bahwa investor telah merelokasi pabrik mesin cuci dari Tiongkok ke Indonesia.
Baca juga: Mendominasi, ekspor industri pengolahan tembus 111 miliar dolar AS
Menperin menyampaikan, relokasi dan ekspor produk mesin cuci ke Jepang tersebut sangat membanggakan, karena negara itu dikenal memilik pasar yang sangat sensitif dan selektif terhadap kualitas produk.
"Artinya, kualitas mesin cuci produksi PT. PMI ini luar biasa,” ungkap Menperin.
Ia menyampaikan, relokasi pabrik tersebut merupakan hasil dialog Menperin dengan para pemegang merek saat melakukan kunjungan kerja ke Jepang pada Maret lalu.
“Selain pabrik mesin cuci, kita juga merelokasi pabrik lemari es dari Thailand yang produknya akan diekspor ke Jepang dan Hong Kong,” jelas Menperin.
Kemudian, Menperin juga menyebut ada relokasi pabrik pendingin ruangan dari China ke Indonesia.
Baca juga: Presiden Jokowi ingin RI keluar dari jebakan pengekspor bahan mentah
Kemenperin mencatat, ekspor mesin cuci menembus 14 juta dolar AS sepanjang 2020, mengalami kenaikan 107 persen dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar 6,76 juta dolar AS. Pada semester I-2021, ekspor mesin cuci mencapai 4,85 juta dolar AS.
Menperin menjelaskan, pengelolaan dan perbaikan iklim usaha telah diakomodasi oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Dalam UU tersebut, para pelaku industri di tanah air mendapatkan berbagai kemudahan, mulai dari izin usaha hingga pemberian insentif fiskal dan nonfiskal. Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam mendorong percepatan penanganan dan pengendalian pandemi COVID-19, yang sama-sama memprioritaskan pemulihan kesehatan dan ekonomi.
“Pemerintah terus berupaya untuk menjaga tingkat resiliensi industri di dalam negeri melalui sejumlah kebijakan strategis, misalnya berupa pemberian stimulus atau insentif sehingga para pelaku industri bisa mengatasi tantangan pandemi dan terus bertumbuh,” paparnya.
Baca juga: Kemenperin apresiasi industri alkes ekspor ke Thailand dan Irlandia
Pada triwullan II - 2021, Indonesia mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan mencapai 7,07 persen. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar atas kenaikan PDB nasional tersebut adalah industri manufaktur, dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,91 persen meskipun mengalami tekanan akibat pandemi COVID-19.
“Terjadinya pertumbuhan sektor industri manufaktur, salah satunya disebabkan oleh sejumlah investor yang tetap percaya untuk merealisasikan investasinya di Indonesia. Artinya, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini adalah on the right track,” tegas Agus.
Pada Januari-Juni 2021, realisasi investasi sektor industri menembus Rp167,1 triliun atau berkontribusi sebesar 37,7 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp442,7 triliun. Bahkan, nilai investasi sektor industri di semester I-2021 tersebut naik 29 persen dibanding periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp129,6 triliun.
Sepanjang enam bulan tahun ini, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari sektor industri sebesar Rp46,3 triliun atau berkontribusi 21,6 persen dari total PMDN yang mencapai Rp214,2 triliun. Sedangkan, nilai penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri sebesar Rp120,8 triliun atau berkontribusi 52,9 persen dari total PMA yang mencapai Rp228,5 triliun.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier mengemukakan, dari kegiatan ekspor yang dilakukan PT PMI, menunjukkan bahwa produk Indonesia mampu bersaing di kancah global.
“Kami optimistis Indonesia bisa menjadi champion di sektor industri elektronika,” tegasnya.
Di samping itu, Taufiek menyatakan, Kemenperin sedang mendorong program substitusi impor 35 persen pada akhir tahun 2022. Salah satu strateginya adalah pendalaman struktur industri melalui peningkatan produksi komponen elektronika di dalam negeri.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021