“Jadi untuk usaha mikro, kami ingin mendorong agar mereka bisa mengoptimalkan e-catalogue dan onboarding di media sosial,” kata Fiki dalam diskusi Katadata Forum Virtual Series "Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri Melalui Pemasaran Digital" pada Jumat.
Alasannya, kata Fiki, hal tersebut berkaitan dengan akses permintaan pasar. Media sosial relatif lebih mudah digunakan sehingga ketika UMKM naik level dan memasuki platform e-commerce nasional, permintaan pasar yang lebih banyak dapat tertangani dan terpenuhi dengan baik oleh pelaku UMKM.
“Karena kalau nanti ada ketidakpuasan dari pelanggan, itu sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaan lagi,” tambahnya.
Selanjutnya untuk usaha kecil, pihaknya ingin mendorong untuk masuk atau onboarding di e-commerce lokal atau e-commerce yang sifatnya homogen, sebagai contoh produk hortikultura atau sayuran dapat bergabung di platform tanihub atau sayurbox.
“Masuk ke e-commerce homogen tujuannya untuk melokalisir market dan sambil belajar tren produk sejenis UMKM. Baru ketika usaha telah naik tingkat menjadi menengah, kami ingin dorong ke e-commerce nasional, global, hingga ekspor,” ujar Fiki.
Ia menyebutkan data dari Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mencatat dari 1.000 UMKM, khususnya mikro, yang didampingi onboarding di ekosistem e-commerce, hanya 400 yang berhasil membuka akun. Dari jumlah 400 itu, hanya 40 usaha mikro yang berhasil melakukan first transaction.
“Kami dapat insight hanya 4 persen tingkat keberhasilan ketika UMKM didorong begitu saja untuk masuk ke digital apabila tidak tepat caranya,” ujarnya.
Fiki mengatakan sejatinya UMKM merupakan andalan utama Indonesia saat menghadapi dari krisis ke krisis. Namun pada saat krisis pandemi seperti saat ini UMKM sangat terdampak, ditambah pada awal pandemi UMKM Indonesia masih minim masuk ke dalam ekosistem digital.
“Pada awal 2020, data Kominfo mencatat ada 8 juta pelaku UMKM yang onboard di ekosistem digital atau setara dengan 13 persen. Sejak itulah UMKM didorong agar hijrah ke ekosistem digital,” ujarnya.
Berita baiknya pada tahun ini data Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mencatat sudah ada sekitar 15,9 juta atau setara dengan nyaris 26 persen UMKM yang sudah masuk ke dalam ekosistem digital.
Adapun target UMKM go digital di 2024 oleh pemerintah yakni sebanyak 30 juta atau setara 47 persen UMKM dapat masuk ke dalam ekosistem digital.
Fiki juga menyebutkan setidaknya terdapat empat permasalahan inti yang perlu digarisbawahi terkait UMKM, yaitu literasi digital masih rendah, kapasitas produksi kecil, kualitas produksi belum konsisten atau cenderung rendah, serta akses pasar belum optimal.
Empat masalah inilah, kata Fiki, yang perlu diselesaikan khususnya dari pemerintah untuk menjawab tantangan agar UMKM bukan hanya sekadar onboard ke ekosistem digital tetapi juga menjaga bisnis dapat berkelanjutan.
“Pesan Presiden kepada Menteri Kemenkop UKM pak Teten Masduki selalu clear bahwa infrastruktur digital yang sudah dibangun pemerintah dengan dana masyarakat ini harus kembali sebesar-besarnya memberi kemaslahatan kepada rakyat Indonesia,” katanya.
Baca juga: Ketua DPR: Dukung UMKM bantu tulang punggung ekonomi RI
Baca juga: Perbankan diminta lindungi nasabah dari serangan siber
Baca juga: Facebook Summit 2021 siap bahas perkembangan bisnis di era digital
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021