Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mendorong pembangunan smelter bijih nikel menjadi feronikel (FeNi) di Indonesia, karena akan meningkatkan nilai komoditas tambang tersebut.Smelter yang akan dibangun juga akan memberikan efek berantai yang positif di sektor perekonomian, dengan adanya pemasok dan industri-industri pendukung lainnya, serta pastinya meningkatkan lapangan kerja
"Selain itu, pengelolaan sumber daya nikel sampai ke proses pengolahan harus memperhatikan berbagai faktor, yaitu pasokan bijih nikel, pasokan energi harus bisa dijamin, dan kemudahan-kemudahan utama lainnya yang diperlukan oleh investor maupun calon investor yang akan membangun smelter, serta juga perlu adanya perhitungan kebutuhan energi untuk sampai ke produk FeNi," katanya saat kunjungan kerja DEN ke pabrik smelter nikel PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Kawasan Industri Konawe, Desa Morosi, Sulawesi Tenggara, sebagaimana disampaikan dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Selain Satya, hadir pula Anggota DEN Herman Darnel Ibrahim, Musri, dan Yusra Khan, dengan didampingi Sekjen DEN Djoko Siswanto dan Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak.
Satya menambahkan pihaknya mendorong pembangunan smelter bagi pemilik tambang, sehingga integrasi dari hulu sampai hilir dapat berjalan. Sedangkan, untuk royalti, lanjutnya, bisa dilakukan di hilir agar tidak memberatkan investor pada awal investasi.
Di samping itu, menurut dia, pembangunan smelter akan menambah pemasukan bagi negara, daripada mengekspor nikel dalam bentuk bijih.
"Smelter yang akan dibangun juga akan memberikan efek berantai yang positif di sektor perekonomian, dengan adanya pemasok dan industri-industri pendukung lainnya, serta pastinya meningkatkan lapangan kerja," katanya.
Tantangan berikutnya, menurut Satya, produk smelter yang berbentuk nickel pig iron (NPI) dari Virtue Dragon ini harus diserap oleh industri turunannya atau lebih hilir lagi.
"Selain itu, juga akan terjadi pemerataan perekonomian," ujarnya.
Sementara itu, External Affair Manager VDNI Indrayanto mengucapkan terima kasih atas kunjungan kerja DEN. Sebagai perusahaan yang masuk ke dalam objek vital nasional (obvitnas) subbidang mineral dan batu bara, menurut dia, smelter nikel VDNI telah menggunakan teknologi pengolahan rotary kiln electric furnace yang terdepan dan ramah lingkungan.
Indrayanto menambahkan pada 2020, VDNI mampu mengolah bijih nikel sebanyak 7,28 juta ton. Dengan kapasitas produksi VDNI mencapai satu juta ton FeNi, produksinya kini tercatat mencapai 674 ribu ton. Sedangkan, untuk memenuhi kebutuhan listriknya, VDNI membangun PLTU dengan kapasitas total 530 MW.
Baca juga: Cadangan nikel Antam untuk industri baterai hingga 30 tahun
Baca juga: WIKA akan investasi smelter nikel pada 2022
Baca juga: Kepala BKPM sentil perbankan minta ekuitas 30 persen bangun smelter
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021