• Beranda
  • Berita
  • Atase KBRI Canberra: Manusia Indonesia harus kreatif, solutif

Atase KBRI Canberra: Manusia Indonesia harus kreatif, solutif

27 September 2021 18:57 WIB
Atase KBRI Canberra: Manusia Indonesia harus kreatif, solutif
Arsip - Pengrajin membuat tas dari kantong plastik bekas di Anda Craft, Sawangan, Depok, Jawa Barat, September 2021). (ANTARA/Asprilla Dwi Adha)
Manusia Indonesia harus lebih kreatif dan solutif dalam memandang berbagai hal menyongsong Society 5.0, kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Australia, Mukhamad Najib.

"Transformasi digital sudah terjadi besar-besaran, jangan sampai digitalisasi mereduksi nilai kemanusiaan. Teknologi tetap harus tunduk pada manusia, karena teknologi hakikatnya adalah alat bantu manusia agar bisa menjadi lebih baik," ujar Najib dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Dalam kuliah umum daring yang dihadiri 300 mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada Senin, Najib mengatakan Society 5.0 adalah inisiatif Jepang untuk menawarkan suatu bentuk masyarakat baru yang lebih berpusat pada manusia (human centered).

Revolusi Industri 4.0, menurut dia, selama ini dianggap telah mendegradasi nilai kemanusiaan, di mana manusia asyik sendiri dengan dirinya dan internet.

"Manusia memiliki banyak identitas kepribadian dengan era digital saat ini, yaitu kepribadian di dunia maya dan kepribadian dunia nyata. Dan keduanya bisa sangat berbeda, sehingga manusia kehilangan kepribadiannya yang otentik," kata Najib.

Digitalisasi tentu sangat penting, kata dia, karena terbukti dapat mempermudah kehidupan.

Akses pasar bisa semakin terbuka dengan digitalisasi, proses produksi dan operasi menjadi lebih efisien, dan penggunaan sumber daya manusia bisa diminimalkan, kata Najib.

"Bahkan pada banyak pekerjaan, manusia sudah digantikan oleh mesin dan robot," kata dia.

Najib mengatakan persoalannya adalah manusia bukanlah sekedar alat produksi, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki jiwa dan butuh untuk berinteraksi dengan banyak manusia lain.

Dia menjelaskan Society 5.0 menempatkan manusia di atas teknologi, sehingga pembangunan teknologi bukanlah sekedar untuk unjuk kekuatan, tapi bagaimana teknologi benar-benar dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

"Dengan teknologi digital, manusia dapat menjadi lebih produktif, namun setelah itu, yang terpenting juga adalah apakah produktivitasnya itu dapat lebih membahagiakan manusia sendiri? Saat ini kita menyaksikan di Jepang, kemajuan teknologi melahirkan produktifitas dan kemakmuran namun masyarakat Jepang justru menjadi masyarakat yang paling tidak bahagia di dunia," lanjut Najib.

Peningkatan kualitas manusia Indonesia menjadi agenda penting pemerintah Indonesia, kata dia.

Dia mengatakan adanya kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka tidak lepas dari upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Najib berharap mahasiswa UMSIDA bisa menjadi manusia yang kreatif dan mampu memanfaatkan teknologi digital untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan, termasuk yang dihadapi oleh pelaku bisnis UMKM.

"Jumlah UMKM kita mencapai lebih dari 60 juta, namun yang terkoneksi internet, atau yang sudah go-digital baru sekitar 9 juta, jadi masih jauh sekali. Diperlukan akselerasi yang salah satunya dengan menyiapkan talenta digital melalui universitas seperti Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini," papar Najib.

Baca juga: Kemendag-KBRI Canberra fasilitasi kerja sama pebisnis RI-Australia
Baca juga: KBRI Canberra gelar Festival Indonesia
 

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021