Semua semata-mata adalah untuk gotong royong dan membangun empati satu sama lain
Penerapan konsep Social Enterprise pada masa yang sulit ini akibat hantaman pandemi COVID-19 sudah selayaknya diterapkan, karena bisa menjadi salah satu solusi untuk membantu dan memacu bangkitnya UMKM.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Rofikoh Rokhim mengatakan dengan konsep Social Enterprise ini akan banyak menciptakan para pengusaha yang berjiwa sosial yang peduli dan berempati dengan para pelaku usaha di bawahnya (UMKM) untuk membantu mereka agar bangkit kembali
"Social Enterprise dapat diterapkan melalui konsep partisipasi masyarakat, sehingga akan mendorong komunitas saling memiliki empati dan membantu satu sama lainnya," kata Rofikoh yang akrab disapa Opi dalam wawancara kepada Antara di Jakarta, Rabu.
Opi menambahkan para pelaku usaha yang menerapkan konsep Social Enterprise tersebut akan terbantu juga dengan penyandang dana dan sponsor yang memberikan donasi tanpa komitmen iklan dan ucapan terima kasih.
"Semua semata-mata adalah untuk gotong royong dan membangun empati satu sama lain," kata Opi yang juga menjabat sebagai Komisaris di PT BRI (Persero) Tbk.
Sebagai inisiator berdirinya Sacredatos Nyang-Nyang Warung di Pecatu Bali, Opi mengatakan telah menerapkan konsep Social Enterprise yakni konsumen yang berkunjung dapat makan sepuasnya dan bayar seikhlasnya.
Baca juga: Memahami Social Enterprise
"Sacredatos berangkat dari sebuah pemikiran atas mengapa manusia sejak lahir hingga meninggal selalu dikaitkan dengan 'harga' dan bagaimana pandemi ini telah membawa banyak orang untuk berbagi dan mulai menggugat pemikiran akan sebuah 'harga'. Sacredatos dikelola dan dioperasikan sekelompok pengusaha, angel investor dan pegiat sosial dari berbagai negara," paparnya.
Dia menambahkan fokus Sacredatos adalah pada pengembangan konsep social entrepreneur dengan berinvestasi pada UMKM melalui penerapan pola partisipasi masyarakat. Sacredatos melekat pada bisnis yang baru berjalan atau bisnis baru yang bersedia untuk menerapkan konsep partisipasi masyarakat ke dalam bisnis mereka.
"Sacredatos Nyang-Nyang Warung di Pecatu, Bali, ini adalah konsep di mana setiap konsumen dapat makan sepuasnya dan menentukan sendiri harganya. Sacredatos NyangNyang Warung menyediakan beragam jenis menu makanan dengan konsep full service di mana konsumen memesan dan makanan dilayani selayaknya sebuah kafe atau restoran berbayar," ujarnya.
Menurut dia, kehadiran Sacredatos “Nyang-Nyang Warung” diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah Desa Pecatu dan Kawasan Nyang-Nyang serta Uluwatu. Dampak positif ini terbukti dengan meningkatnya nilai kontribusi akses kawasan wisata ke wilayah Pantai Nyang-Nyang serta peningkatan pendapatan usaha masyarakat yang berada di sekitarnya.
Dia mengatakan dalam waktu dekat segera dibuka beragam konsep Sacredatos lainnya. Salah satunya adalah Sacredatos “Cube Luxury Hotel”, sebuah hotel berstandar bintang 5 dengan menerapkan konsep bayar sesukanya.
Meski demikian, perwujudan hotel ini menunggu proses perizinan dan perubahan tata guna lahan di wilayah Pantai Nyang-Nyang yang memerlukan peran serta Pemerintah Kabupaten Badung dan Provinsi Bali. Di bawah naungan PT Winaya Asa Bali, Sacredatos juga telah menyiapkan usaha berencana untuk membuka enam bidang usaha baru hingga akhir tahun 2022, meliputi kesehatan, otomotif, pendidikan, tur, event, dan hospitality.
Baca juga: Social Enterprise Sebuah Pilihan
Baca juga: Konsep "social enterprise" potensial jadi solusi petani
Pewarta: Budi Suyanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021