• Beranda
  • Berita
  • Periset:Perlu riset ungkap sumber polutan parasetamol di Teluk Jakarta

Periset:Perlu riset ungkap sumber polutan parasetamol di Teluk Jakarta

4 Oktober 2021 15:56 WIB
Periset:Perlu riset ungkap sumber polutan parasetamol di Teluk Jakarta
Arsip foto - Kawasan teluk Jakarta di pesisir Ancol di Jakarta Utara, Selasa (28/9/2021). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna/aa.

Obat-obat kedaluwarsa yang tidak dikelola dengan baik yang dibuang sembarangan

Peneliti Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Zainal Arifin mengatakan perlu penelitian lebih lanjut untuk mengungkap sumber polutan parasetamol di Teluk Jakarta.

"Saya kira sumber itu, lagi-lagi kita tidak melakukan risetnya itu ya, tapi mungkin secara teori seperti banyak jalan menuju Roma artinya banyak sumber yang potensial (menjadi pencemar) yang masuk ke muara Angke dan Ancol," kata Zainal dalam Sapa Media virtual Limbah Farmasetika di Perairan Teluk Jakarta yang diselenggarakan BRIN di Jakarta, Senin.

Zainal menuturkan riset yang dilakukannya bersama Wulan Koagouw yang merupakan peneliti oseanografi di BRIN, serta George WJ Olivier dan Corina Ciocan dari Universitas Brighton di Inggris, baru menunjukkan ada konsentrasi parasetamol relatif tinggi di muara sungai Angke dan muara sungai Ciliwung Ancol di Teluk Jakarta.

Mereka belum sampai meneliti terkait sumber-sumber pencemaran parasetamol yang masuk ke dua lokasi perairan itu.

Namun, Zainal mengatakan studi pustaka menunjukkan 60-80 persen pencemaran di pesisir datangnya dari daratan. Oleh karena itu, besar kemungkinan sumber pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta berasal dari daratan.

Ia menuturkan secara teori, sumber sisa parasetamol yang ada di perairan Teluk Jakarta diduga dapat berasal dari tiga sumber, yakni ekskresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.

Baca juga: BRIN : Riset lanjutan ungkap dampak limbah farmasi pada lingkungan

Baca juga: Peneliti BRIN: Angke dan Ancol tercemar parasetamol


"Banyak sumbernya, mungkin yang sederhana bisa dari gaya hidup dari publik, dari obat-obat kedaluwarsa yang tidak dikelola dengan baik yang dibuang sembarangan, atau juga instalasi pengelola air limbahnya yang tidak dikelola dengan baik," ujar Zainal.

Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, maka ada potensi sebagai sumber kontaminan di perairan.

Sementara sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat terjadi sebagai akibat dari sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai.

Menurut Zainal, tentu riset untuk mengungkap bagaimana pencemaran di sepanjang pesisir utara Jawa dan asal sumber pencemaran, akan menjadi topik menarik untuk dieksplor lebih lanjut oleh para peneliti dan pihak terkait lain.

Topik riset lain yang menarik untuk diangkat dapat berkaitan dengan tingkat pencemaran polutan parasetamol atau limbah obat-obatan atau farmasi di daerah perkotaan jika dibandingkan dengan daerah pertanian.

"Ada penelitian saya baca bahwa konsentrasi sejenis parasetamol di daerah Brebes, Pekalongan memang konsentrasinya tidak setinggi dengan yang di pantai Jakarta, kita bisa paham karena daerah pertanian itu tidak ada industri," ujarnya.

Baca juga: Belum diketahui efek polutan parasetamol di perairan bagi manusia

Baca juga: Soal parasetamol, Riza minta warga tak buang limbah obat sembarangan

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021