Dalam webinar Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) serie 1 "Perkuat Kemitraan dengan Pola Terkini Untuk Masa Depan Sawit Indonesia Berkelanjutan" di Jakarta, Selasa, Airlangga mengatakan kemitraan untuk memperkuat rantai pasok, selain itu juga agar petani mendapatkan fasilitas terutama untuk meningkatkan produktivitas sekaligus mendapatkan pembiayaan.
"Asosiasi Petani dan asosiasi pengusaha diharapkan dapat duduk bersama untuk mempertebal pola kemitraan perkebunan kelapa sawit sehingga iklim usaha yang sehat terus dapat diciptakan," ujarnya.
Menurut menteri, Aspekpir Indonesia bisa berkontribusi dengan membangun kesadaran dan persepsi positif terhadap industri kelapa sawit dengan memberikan informasi yang akurat.
"Saya yakin Aspekpir mampu berperan secara nyata bersama pemerintah dan stakeholder lainnya untuk membangun industri ini agar kuat,berkelanjutan dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia," kata Airlangga.
Menko menyampaikan, luas tutupan kelapa sawit tahun 2019 sekitar 16,38 juta hektar (ha) dengan kepemilikan swasta 53 persen, BUMN 6 persen dan rakyat 41 persen. Tahun 2030 diprediksi perkebunan rakyat menjadi mayoritas mencapai 60 persen, swasta 36 persen dan BUMN 4 persen.
"Peran perkebunan rakyat sangat signifikan sehingga pembangunan kelapa sawit menjadi perhatian pemerintah, selain investasi swasta sebagai penggerak ekonomi yang semakin menggeliat," ujarnya dalam webinar yang didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) itu.
Dikatakannya, Indonesia menguasai 55 persen pasar minyak sawit dunia dengan luas lahan hanya 10 persen dari lahan minyak nabati global tetapi produksi 40 persen dari total produksi minyak nabati global.
Sawit mengentaskan kemiskinan, menyerap 16 juta tenaga kerja dan berkontribusi 15,6 persen terhadap total ekspor non migas.
"Sawit merupakan tulang punggung perekonomian dan merupakan primadona industri ekspor. Termasuk industri strategis. Karena itu semua komponen masyarakat termasuk Aspekpir harus menjaga sustainability industri ini,” kata Menko Perkekonomian.
Ketua Umum Aspekpir Indonesia, Setiyono menyatakan salah satu penyebab sawit bisa berkembang seperti sekarang adalah karena pola PIR, dimana pola kerjasama petani - perusahaan ini sudah terbukti meningkatkan kesejahteraan petani dan menguntungkan perusahaan.
Menurut dia, meskipun dari sisi luasan kecil dan programnya sudah dihentikan tetapi bisa jadi contoh, oleh karena itu pola PIR dapat digiatkan lagi.
"Kunci kemitraan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Semuanya menjalankan perannya masing-masing. Kemitraan gagal terjadi karena masing-masing tidak menjalankan komitmennya,” kata Setiyono.
Dikatakannya, kemitraan juga harus dengan perusahaan yang bonafid, sebab salah satu penyebab pecahnya kemitraan karena perusahaan tidak bonafid.
"Kalau ada masalah maka perusahaan harus ditegur jangan kemitraannya yang diputuskan. Beberapa group besar kemitraannya tetap berjalan karena betul-betul dijaga supaya saling menguntungkan kedua belah pihak," katanya.
Baca juga: Aspekpir perkuat kemitraan pekebun dengan pabrik kelapa sawit
Baca juga: Gapki paparkan pentingnya kemitraan dongkrak daya saing sawit
Baca juga: Masyarakat di Barito Utara tuntut kemitraan perkebunan kelapa sawit
Pewarta: Subagyo
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021