Dengan demikian, Korsel menjadi salah satu dari sejumlah negara Asia yang bergegas menyelamatkan pasokan obat tersebut.
"Kami telah menyiapkan anggaran yang cukup untuk pengobatan sekitar 40.000 orang dan telah menandatangani kontrak prapembelian untuk 20.000 pil," kata Kim saat rapat penanggulangan COVID-19.
Korsel juga berniat membeli obat-obat antivirus lainnya, lanjut Kim.
Merck pada Rabu juga mengumumkan kontrak pembelian dan pasokan dengan Singapura setelah mencapai kesepakatan serupa dengan Australia.
Sementara itu, Thailand dan Malaysia, juga Taiwan, mengatakan sedang dalam pembicaraan pembelian pil tersebut.
Molnupiravir diklaim mampu mengurangi risiko kematian atau rawat inap bagi orang-orang yang paling berisiko terinfeksi COVID-19 parah.
Baca juga: 2.599 penerima vaksin lengkap di Korsel terinfeksi COVID
Merck sedang berupaya mendapat izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk pil buatannya.
Pengobatan tersebut melibatkan pasien yang mengonsumsi empat pil dua kali sehari selama lima hari.
Merck mengaku merencanakan pendekatan harga berjenjang berdasarkan pada kriteria pendapatan negara. Pemerintah AS sudah membuat kontrak pembelian 1,7 juta paket dosis dengan 700 dolar AS (sekitar Rp9,9 juta) per paket.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea (KDCA) mengatakan pihaknya sedang mengadakan pembicaraan dengan Pfizer dan produsen obat asal Swiss Roche Holding AG, yang juga berlomba mengembangkan pil antivirus COVID-19 yang mudah diberikan kepada pasien.
Pemerintah Korsel telah mengalokasikan 30,31 juta dolar AS (sekitar Rp432 miliar) untuk mengamankan pasokan pil antivirus oral bagi menyembuhkan COVID-19.
Sumber: Reuters
Baca juga: Korsel berencana agar bisa hidup berdampingan dengan COVID-19
Baca juga: Usai liburan kasus harian COVID-19 di Korsel melonjak
Presiden Jokowi minta stok vaksin dijaga keberadaannya
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021