Orang tua menjadi contoh yang baik terkait dari penggunaan gawai
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Ristek dan Teknologi RI (Kemendikbudristek) Muhammad Hasbi mengatakan orang tua perlu menjadi role model bagi anak saat memainkan atau menggunakan gawai dalam kehidupan sehari-hari.
“Ketika kita bicara tentang adiksi gawai atau menghindari adiksi gawai, maka tentu yang paling berperan adalah bagaimana orang tua menjadi contoh yang baik terkait dari penggunaan gawai ini,” kata Hasbi dalam webinar Gerakan Jauhkan Adiksi Gawai, Optimalkan Potensi Anak (JAGOAN) Di Kota Musik Ambon, Maluku yang diikuti di Jakarta, Sabtu.
Hasbi menuturkan saat ini anak lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, sehingga anak akan menjadikan orang tua sebagai role model dalam menjalankan segala bentuk aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dia mengatakan, pada kebiasaan menggunakan gawai di dalam keluarga, telah banyak ditemukan banyak memicu terjadinya kerenggangan hubungan antar setiap anggota keluarga.
Menurut Hasbi, tidak hanya orang tua yang terpapar adiksi gawai, tetapi juga orang tua khususnya pada keluarga yang memiliki kesibukan yang padat. Akibat adiksi yang dialami oleh orang tua itu, anak pun ikut mencontoh dengan terus menggunakan gawai.
Sehingga apabila orang tua ingin anaknya tidak mengalami kecanduan bermain gawai, dia mengatakan orang tua perlu menerapkan konsistensi penggunaan gawai terlebih dahulu pada dirinya sendiri.
Selain orang tua, kata dia, dalam penerapan konsistensi pemakaian gawai, pihak yang juga perlu memberikan contoh yang baik adalah sekolah dan masyarakat. Sekolah perlu memanfaatkan seoptimal mungkin waktu pembelajaran online untuk memberikan materi pembelajaran.
Sedangkan pada masyarakat, Hasbi menjelaskan memiliki peran dalam bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat lainnya.
“Ketika anak keluar dari rumah, dari sekolah mereka akan bersosialisasi dengan masyarakat. Apabila masyarakat tidak mampu memberikan role model, maka ada kemungkinan anak akan menjadi bingung, siapa yang harusnya diikuti,” ucap dia.
Baca juga: Hindari gawai terlalui dini cegah anak telat bicara
Baca juga: Raisa tak jadikan gawai sebagai "musuh" anak
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Rita Pranawati mengatakan kedekatan anak pada gawai merupakan hal yang tak dapat dihindari dan perbedaan generasi menyebabkan kesenjangan pengetahuan informasi dengan orang tua.
“Ada saatnya orang tua merasa bahwa telah mendampingi anak-anak mereka dalam memainkan gawai dan memberikan informasi dalam penggunaan gawai. Tetapi masih banyak gap nya karena orang tua kalah canggih dengan anaknya,” kata Rita.
Berdasarkan hasil survel yang dimiliki pihaknya di tahun 2020, sebesar 79 persen anak mengaku tidak memiliki aturan penggunaan gawai dari orang tua serta sebesar 25 persen anak telah bermain gawai lebih dari lima jam dalam sehari di luar kepentingan belajar.
Selain itu, dia mengatakan, adanya pemakaian gawai secara berlebih telah meningkatkan jumlah anak yang terkena kekerasan berbasis dunia online sejak tahun 2014 serta adanya anak menjadi korban pornografi.
Melihat situasi yang memprihatinkan tersebut, dia meminta kepada seluruh orang tua supaya benar-benar mengedukasi anak bagaimana cara menggunakan gawai yang baik dan benar.
“Situasi pandemi COVID-19 ini tidak mudah. Tetapi kita juga harus bisa beradaptasi agar anak-anak kita tidak hanya bermain gawai dan pada akhirnya teradiksi,” ujar dia.
Baca juga: Tips kendalikan pemakaian gawai pada anak
Baca juga: Psikolog: Batasi penggunaan gawai anak dengan beraktivitas bersama
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021