Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Mahendra Siregar, menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi untuk mengelola tantangan bersama di kawasan Laut China Selatan (LCS).Setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19 pada 2020, Lokakarya Laut China Selatan kembali digelar
"Pentingnya kerja sama dan kolaborasi di antara participating parties untuk membahas dan mengelola tantangan bersama di kawasan Laut China Selatan, seperti perubahan iklim dan dampak kenaikan permukaan air laut," ujar Mahendra Siregar saat membuka Loka karya ke-30 Laut China Selatan secara virtual, Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan semua pihak harus bekerja sama dan berkolaborasi untuk mempertahankan perdamaian maupun stabilitas di kawasan Laut China Selatan.
"Adanya perubahan iklim yang berdampak pada adanya kenaikan muka air laut di kawasan Laut China Selatan harus diatasi bersama dan itu membutuhkan kerja sama dan kolaborasi," kata Mahendra Siregar.
Baca juga: "Coast Guard" AS dukung negara mitra yang khawatirkan China di LCS
Dalam pertemuan itu, Teuku Faizasyah selaku Plt. Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri, menyampaikan bahwa lokakarya merupakan kesempatan mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan.
Lebih lanjut, ia menekankan perlu terus dikembangkan kebiasaan dialog dan komunikasi sehingga menciptakan ruang untuk mencari solusi atas tantangan bersama di kawasan Laut China Selatan.
"Setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19 pada 2020, Lokakarya Laut China Selatan kembali digelar. Kegiatan tahun ini memasuki Lokakarya ke-30 sejak pertama kali dilaksanakan tahun 1990," kata dia.
Kegiatan diikuti oleh 67 peserta dari 11 participating parties di kawasan Laut China Selatan, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, Tiongkok, Chinese Taipei, Viet Nam.
Lokakarya tanggal 13-14 Oktober 2021 diselenggarakan secara hybrid oleh Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri, bersama dengan Badan Informasi Geospasial dan Pusat Studi Kawasan Asia Tenggara.
Dalam peringatan Lokakarya ke-30 ditampilkan perjalanan Lokakarya selama 30 tahun yang telah bekerja sama di bidang perubahan iklim dan lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kerja sama ekonomi dan pembangunan.
Lokakarya didahului oleh Pertemuan Kelompok Kerja yang membahas studi tentang gelombang dan kenaikan permukaan laut dan dampaknya terhadap lingkungan pesisir di Laut China Selatan.
Baca juga: Akademisi: Sengketa Laut China Selatan bisa ganggu ketahanan pangan
Baca juga: Kemenlu Malaysia panggil dubes untuk protes kapal China di ZEE
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021