“Kau menyadarinya, ya? Tidakkah mereka mengerti bahwa ini adalah lagu tentang kengerian perbudakan? Tapi mereka mencoba menguburnya. Saat ini saya tidak ingin terlibat konflik dengan semua ini,” kata gitaris Keith Richards dalam wawancara dengan The Los Angeles Times setelah ditanya mengapa band menahan diri untuk tidak memainkan “Brown Sugar”.
Lagu yang dirilis pada 1971 itu dibuka dengan lirik yang menggambarkan perdagangan dan pemukulan pada budak di New Orleans. Lirik juga mengandung penggambaran seks non-konsensual yang dilakukan pemilik budak kepada seorang budaknya.
Lagu “Brown Sugar” telah menghadapi kritik baru di tengah meningkatnya kesadaran dan kepekaan budaya sehubungan dengan gerakan #MeToo dan Black Lives Matter.
Pada 2019, produser musik Ian Brennan menuduh band legendaris itu karena seolah-olah memuliakan perbudakan, pemerkosaan, penyiksaan, dan pedofilia. Ia menambahkan bahwa mereka bahkan bisa luput selama beberapa dekade dan menyerukan agar lagu-lagu itu dihapus dari radio.
“Masalah hari ini bukan tentang mereka yang pernah menulis lagu itu. Bukan juga tentang mereka jika tidak pernah menyanyikannya. Kesalahannya adalah mereka terus menyanyikannya,” tulis Brennan di The Chicago Tribune.
Namun, Richards dan Mick Jagger sama-sama menyatakan bahwa “Brown Sugar” mungkin tidak akan hilang selamanya. Jagger berharap band dapat menghidupkan kembali lagu itu di suatu waktu.
“Kami telah memainkan 'Brown Sugar' setiap malam sejak tahun 1970. Kami akan mengeluarkan lagu itu dari daftar tur untuk saat ini dan melihat bagaimana kelanjutannya. Kami mungkin akan memasukkannya kembali,” kata Jagger.
Baca juga: Tampil tanpa sang drummer, The Rolling Stones kenang Charlie Watts
Baca juga: Rolling Stones tetap lanjutkan tur setelah meninggalnya Charlie Watts
Baca juga: Rolling Stones ancam tuntut Trump karena gunakan lagunya di kampanye
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021