Saya berharap BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) terus mendukung kemitraan semacam ini dan bisa memfasilitasi agar kebun masyarakat bisa semakin baik dan kelapa sawit semakin berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong pengembangan kemitraan inkubasi bisnis kelapa sawit agar semakin berkontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Saya berharap BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) terus mendukung kemitraan semacam ini dan bisa memfasilitasi agar kebun masyarakat bisa semakin baik dan kelapa sawit semakin berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat,” kata Menko Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menko Airlangga mengatakan pengembangan pola-pola kemitraan perkebunan sawit rakyat diperlukan untuk menjawab persoalan yang terkait dengan lemahnya bargaining position petani pekebun dalam rantai tata niaga kelapa sawit. Pola kemitraan tersebut juga bisa dilakukan di antaranya dengan mengembangkan inkubasi berbahan dasar sawit.
“Pola kemitraan perkebunan kelapa sawit yang dibangun untuk menyinergikan petani dengan korporasi, baik BUMN maupun swasta, terus mendorong pertumbuhan dan pemerataan kesempatan ekonomi dalam perkebunan kelapa sawit serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.
Baca juga: Presiden Jokowi: Suatu titik nanti setop yang namanya ekspor CPO
Potensi bisnis dari bahan dasar kelapa sawit sangat besar, karena mulai dari buahnya, sabut dan cangkangnya, janjang kosong, pelepah dan daunnya, limbah cair hingga batang pohon kelapa sawit dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi.
Selain itu, sebagai negara produsen terbesar yang menguasai sekitar 55 persen pangsa pasar minyak sawit dunia, serta memanfaatkan tidak lebih dari 10 persen dari total global land bank for vegetable oil, Indonesia mampu menghasilkan 40 persern dari total minyak nabati dunia.
untuk menjaga kestabilan harga sawit, Airlangga mengatakan bahwa pemerintah tengah dan terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit, antara lain penggunaan biodiesel (B30).
“Kebijakan B30 ini merupakan bagian dari upaya pemerintah agar pembangunan berkelanjutan rendah karbon dapat terus dilaksanakan,” tutur Airlangga.
Baca juga: Menko Perekonomian minta kemitraan kelapa sawit diperkuat
Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida (CO2) pada 2020. Selain itu, dengan luas tutupan kelapa sawit sebesar 16,3 juta ha dapat menyerap sekitar 2,2 miliar ton CO2 dari udara setiap tahun.
Pemerintah berkomitmen untuk mendukung program B30 pada tahun 2021 dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta kiloliter. Komitmen tersebut juga bertujuan untuk menjaga stabilisasi harga CPO. Dengan kebijakan tersebut, target 23 persen bauran energi yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2025 sebagaimana ditetapkan dalam kebijakan energi nasional (KEN) akan dapat tercapai.
Terkait pencapaian Sustainable Development Goals, peran minyak sawit dalam mencapai target yang telah disepakati secara global, antara lain sebagai sumber energi bersih dan terbarukan yang mendukung ketahanan energi nasional, penyediaan bahan makanan, penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, serta pengurangan ketimpangan sosial dan ekonomi.
Pemerintah juga tetap berkomitmen untuk melakukan peremajaan (replanting) sebanyak 540.000 ribu ha kebun kelapa sawit milik petani sampai dengan tahun 2024, terutama untuk meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat yang sebelumnya kurang dari 3-4 ton/ha.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021