BUMD Sarana Jaya menggunakan teknologi ramah lingkungan untuk dua Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau Intermediete Treatment Facility (ITF) yang saat ini sedang proses pembangunan.karena mempertimbangkan sampah Indonesia yang cenderung basah dan tercampur antara organik dan anorganik.
Teknologi yang akan digunakan pada kedua proyek tersebut mengacu kepada teknologi FPSA Tebet yang menggunakan thermal hydrodrive untuk pemusnahan sampah yang tak bisa dimanfaatkan secara ekonomi atau organik (menggunakan larva lalat hitam).
Baca juga: Direktur Sarana Jaya optimis dua FPSA mampu tuntaskan sampah Jakarta
Penemu Teknologi Pengolahan Sampah Thermal Hydrodrive Djaka Winarso, dalam webinar Balkoters Talk "Olah Sampah dengan Teknologi Ramah Lingkungan" di Jakarta, Jumat, menyebut penggunaan teknologi tersebut karena mempertimbangkan sampah Indonesia yang cenderung basah dan tercampur antara organik dan anorganik.
"Itulah kenapa thermal, karena dia bisa menyelesaikan sampah dengan cepat dan volume yang signifikan dan itu yang kita butuhkan," kata Djaka yang telah memulai untuk mengembangkan teknologi pengelolaan sampah sejak 2008.
Teknologi yang digunakan dalam pemusnahan sampah dengan thermal hydrodrive, dijelaskan Djaka, memanfaatkan superheated steam (syntetic gas) untuk menjadi katalisator untuk meningkatkan suhu pada furnace boiler (ruang bakar) sekaligus bahan bakar.
Baca juga: Dinas LH DKI siagakan 8.945 petugas tangani sampah musim hujan
Super heated steam itu juga dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan sampah agar terjadi pembakaran sempurna.
Selain itu, untuk menjaga agar aman emisi, suhu dari perangkat tersebut dijaga pada suhu 850 derajat celsius, plus ditambah dengan filter asap menggunakan cyclone wet scrubber yang akan menyaring asap pembakaran dengan cyclone dan semburan air untuk menurunkan emisi pada ambang batas yang diizinkan.
"Namun fasilitas ini memang hanya sebagai teknologi, karena yang lebih dari itu, yang ideal, adalah adanya pemilahan di hulu atau berkonsep desentralisasi sehingga sampah terolah dan musnah di dekat sumbernya, tidak ke TPA yang luas," tuturnya.
Biokonversi Sampah Organik
Di kesempatan yang sama, Project Officer Ambitious City Promises (ACP) ICLEI di DKI Jakarta Selamet Daroyni mengungkapkan hal senada bahkan menurutnya pemilahan sampah dari sumber adalah yang ideal, mengingat saat ini baru 49 persen rumah tangga di Indonesia yang memilah sampah untuk menunjang pengolahan sampah dengan teknologi berkelanjutan.
Pihak ICLEI sendiri, menawarkan pengelolaan sampah dengan proses biokonversi sampah organik Black Soldier Fly (BSF) yang pilot proyeknya bisa dilihat di fasilitas BSF di Rawasari, Jakarta Pusat, yang sanggup mengolah satu ton sampah organik per hari dengan menggunakan maggot atau belatung black soldier fly.
Fasilitas tersebut, disebut Slamet, bisa mengurangi sampah organik 365 ton per tahun, mengurangi gas rumah kaca sebesar 401.14 tCO2 eq per tahun, serta meningkatkan pendapatan rumah tangga warga dengan produksi biogas dan kompos.
Baca juga: Pemkot Jakbar manfaatkan larva lalat hitam kurangi sampah organik
"Dalam pengelolaan itu melibatkan kurang lebih tujuh ribu KK. Kita di bulan keenam saat ini kita baru bisa mencapai target 60 persen. Karenanya pemilahan sampah utamanya makanan ini menjadi tantangan yang serius ketika ingin mengelola sampah," ucapnya.
Untuk itu, demi menjalankan pengolahan sampah di Jakarta dengan berkelanjutan dan ramah lingkungan, diperlukan juga penguatan aspek perundang undangan dan kebijakan turunan yang jelas sebagai panduan semua pihak, kelembagaaan yang memadai, skema peran serta masyarakat yang inklusif.
"Model pembiayaan yang akuntabel, hingga teknologi yang ramah lingkungan dan tepat guna. Karena pengelolaan sampah yang berkelanjutan akan berkontribusi terhadap penyelesaian masalah lingkungan di perkotaan dan dapat mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca," tuturnya.
Diketahui, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perumda Sarana Jaya berencana membangun dua Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA). Diyakini, dua FPSA yang akan terbangun nantinya akan memberikan dampak besar pada pengelolaan sampah di ibu kota.
Diyakini, dua FPSA yang dibangun ini bakal memberikan dampak besar pada pengelolaan sampah di ibu kota yang masih mengandalkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Terlebih nantinya, sistem yang dibuat akan ramah lingkungan dan menggunakan teknologi modern.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021