Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan semua pihak untuk menjaga lingkungan guna menghadapi dampak bencana hidrometeorologi akibat La Nina dan musim hujan.Jangan lakukan perusakan lingkungan, misalnya menebang pohon sembarangan, memotong lereng dan lain sebagainya karena La Nina memicu curah hujan tinggi sehingga bisa terjadi banjir
"Jangan lakukan perusakan lingkungan, misalnya menebang pohon sembarangan, memotong lereng dan lain sebagainya karena La Nina memicu curah hujan tinggi sehingga bisa terjadi banjir," katanya dalam konferensi pers terkait waspada La Nina dan peningkatan risiko bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan sebenarnya bencana hidrometeorologi bukan hanya disebabkan oleh La Nina atau curah hujan yang tinggi, tapi juga daya dukung dan daya tampung lingkungan berperan penting.
Langkah-langkah yang dilakukan BMKG sejauh ini, kata dia, selain menyebarluaskan informasi cuaca dan prakiraannya, juga berkoordinasi secara intensif antar kementerian/lembaga serta melakukan simulasi jika berdampak di wilayah tertentu.
Analisis prediksi pemodelan numerik juga semakin diintensifkan karena ancamannya cukup tinggi, seperti tahun lalu, La Nina meningkatkan curah hujan bulanan hingga 70 persen.
Koordinasi dengan pemerintah daerah juga dilakukan untuk menyiapkan lingkungan, tandon air segera diperhatikan kapasitasnya jangan sampai embung atau danau mengalami pendangkalan sehingga daya tampung tidak maksimal, begitu juga dengan aliran air permukaan harus diperhatikan, ujar Dwikorita.
"Yang tinggal di wilayah bantaran sungai perlu memonitor informasi cuaca, dan amati lingkungan kita apakah ada di zona rawan banjir atau longsor, lakukan langkah menjaga lingkungan," katanya menambahkan.
BMKG mencatat saat ini 20 persen wilayah Zona Musim di Indonesia telah memasuki musim hujan dan juga terpantau adanya La Nina lemah yang diperkirakan akan bertahan sampai Februari 2022.
Fenomena La Nina yang dipengaruhi oleh anomali suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dengan wilayah perairan Indonesia, sehingga suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat.
Saat ini terpantau anomali tersebut telah melebihi ambang batas terjadinya La Nina yaitu 0,5, tercatat sudah minus 0,61 pada dasarian I (10 hari pertama) Oktober 2021. La Nina meningkatkan aliran massa udara basah sehingga meningkatkan curah hujan, demikian Dwikorita Karnawati.
Baca juga: BMKG imbau tingkatkan kewaspadaan hadapi La Nina di akhir tahun
Baca juga: LIPI: Indonesia berperan tentukan iklim dunia
Baca juga: BMKG: 20 persen wilayah ZOM di Indonesia sudah masuki musim hujan
Baca juga: Kementan siapkan antisipasi dampak La Nina pada tanaman padi
Baca juga: CORE: Pemerintah bisa pakai dana bencana dan hibah antisipasi La Nina
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021