"Indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, sehingga sangat sulit untuk menghubungkan seluruh pulau kita dengan serat optik. Untuk menangani jutaan pengguna, dibutuhkan frekuensi dan biaya yang optimal dalam mengembangkan infrastruktur," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail.
Oleh karena itu, frekuensi yang dibutuhkan adalah pita rendah/low band untuk dapat mencakup semua wilayah Indonesia yang sangat luas. Spektrum 2.3Ghz sangat penting untuk mendukung operator seluler menggunakan infrastruktur ini, kata Ismail dalam acara Forum Broadband Seluler Global (MBBF) 2021, sebagaimana dikutip dari siaran pers, Selasa.
Kementerian Kominfo, lanjut Ismail, senantiasa mengundang dukungan pengembang solusi TIK dan pelaku industri untuk terus menguatkan komitmennya dalam turut serta mengakselerasi misi ini, sebagaimana yang telah dikontribusikan oleh Huawei, Telkomsel, dan pelaku industri lainnya.
"Kami menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dukungan dan kontribusi tersebut,” ujar Ismail menambahkan.
Vice President RAN Engineering and Project Telkomsel, operator seluler anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Akhmad Madces, mengatakan Telkomsel akan terus memaksimalkan kapasitas spektrum 2,3Ghz yang dimiliki untuk mendukung inovasi dan pengembangan layanan yang didukung teknologi terbaru.
Telkomsel belum lama ini mendapatkan tambahan pita frekuensi 2,3Ghz, yang salah satu pemanfaatannya akan digunakan untuk pengembangan jaringan dan layanan 5G di Indonesia, yang saat ini telah hadir di sembilan kota di Indonesia.
Telkomsel berkomitmen untuk terus memperluas cakupan jaringan dan mengembangkan layanan 5G secara terukur dan bertahap. Telkomsel juga berharap layanan 5G Telkomsel ke depannya dapat mendorong akselerasi ekosistem Industri 4.0 guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional di berbagai sektor industri.
"Terkait dengan penyelenggaraan jaringan, Telkomsel melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, dan Huawei Indonesia merupakan salah satu mitra kami," katanya.
Alex Xing, Chief Technology Officer Huawei Indonesia mengatakan, berkat keberhasilan alokasi dan re-farming spektrum 2.3Ghz, Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengkomersialkan 5G pada semester pertama tahun ini.
Jaringan 5G tidak hanya akan menghadirkan konektivitas yang lebih baik, lebih cepat, lebih kuat ke masyarakat dan rumah tangga Indonesia, tetapi juga memfasilitasi dan mempercepat proses transformasi digital berbagai industri di tanah air.
Baca juga: Kominfo: Ketersediaan spektrum penting untuk kembangkan 5G
Baca juga: Huawei ungkap rencana peluncuran 6G pada 2030
Baca juga: Ekosistem digital yang inklusif imbangi kemajuan teknologi
Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021