"Kegiatan penguatan pemahaman dan kemampuan respons terhadap tanda-tanda maupun informasi kejadian tsunami merupakan hal utama dalam kegiatan mitigasi tsunami," kata Wahyu dalam diskusi kelompok Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2021 yang diikuti virtual di Jakarta, Selasa.
Pembangunan kemampuan merespons mencakup pembentukan tim siaga bencana, pembuatan denah dan jalur evakuasi, penyusunan prosedur tetap evakuasi, dan pelaksanaan simulasi geladi evakuasi.
Pembentukan tim siaga bencana dilakukan dengan melibatkan perwakilan masyarakat dan perangkat desa berdasarkan rapat yang difasilitasi instansi terkait.
Baca juga: Wisata nyaman di Pulau Pagang, "pulau mitigasi bencana"
Baca juga: Riset sejarah dan mitigasi bencana dipaparkan ahli Indonesia
Penunjukan tim sepenuhnya oleh masyarakat, dengan penempatan posisi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota seperti divisi data dan informasi, mobilisasi pengungsi, keamanan, logistik, dan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Sementara denah evakuasi meliputi zona kerawanan tsunami dan rute evakuasi yang memberikan informasi tentang zona yang aman dan yang tidak aman terhadap ancaman tsunami, serta rute evakuasi yang aman bagi warga yang melakukan evakuasi dengan mempertimbangkan kondisi geomorfologi lahan, tingkat kerentanan dan kerawanan bencana tsunami.
Selama pandemi COVID-19, penguatan pemahaman masyarakat terhadap ancaman bencana dapat dilakukan melalui sosialisasi mitigasi bencana dalam jaringan (online) untuk meminimalkan tatap muka.
Wahyu mengatakan kegiatan mitigasi bencana tsunami selama masa pandemi COVID-19 juga harus selalu mengikuti protokol kesehatan yang ada.*
Baca juga: BNPB: Sadar risiko bencana jadi tonggak utama mitigasi
Baca juga: BMKG gencarkan sosialisasi mitigasi bencana di Selatan Jawa
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021