Ia menerangkan pendapatnya itu merujuk pada kontestasi antara dua calon kuat Ketua Umum PBNU, yaitu petahana KH Said Aqil Sirodj dan KH Yahya Cholil Staquf atau yang populer dengan nama Gus Yahya.
“Jika dipetakan, Kiai Yahya Cholil Staquf merupakan kakak kandung Menteri Agama Gus Yaqut, yang notabene berada di gerbong tersendiri dalam dinamika internal PKB,” kata Khoirul Umam, yang saat ini aktif sebagai Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Gus Yahya klaim didukung 80 persen PWNU dalam Muktamar Ke-34 NU
“Jika Kiai Yahya menang di Muktamar NU nanti, maka hal itu berpotensi mengonsolidasikan kekuatan politik yang mengancam dominasi politik Cak Imin yang mampu bertahan sekitar 20 tahun di pucuk kepemimpinan PKB,” terang dia.
Cak Imin merupakan nama lain dari Abdul Muhaimin Iskandar, yang saat ini juga kerap memperkenalkan diri sebagai Gus AMI.
Khoirul Umam, yang turut menjabat sebagai Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC), menerangkan Gus Yahya mempunyai kedekatan dengan Keluarga Ciganjur mengingat dia pernah bertugas sebagai juru bicara Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Keluarga Ciganjur merujuk pada keluarga mendiang Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang saat ini diwakili oleh anak-anaknya, antara lain Yenny Wahid.
Jika Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU, maka itu dapat membuka kemungkinan keluarga Ciganjur kembali masuk dalam kontestasi kepemimpinan PKB, terang Khoirul Umam.
Baca juga: Muktamar Ke-34 NU: Menghindari The Lost Generation
“Jika itu polanya, maka besar kemungkinan Cak Imin dengan sel-sel kekuatan politik PKB di daerah akan mendukung Kiai Said Aqil Sirodj untuk mempertahankan kepemimpinan dan stabilitas internal PKB. Tentu, dukungan itu tidak dilakukan dengan intervensi suara, tetapi melalui komunikasi politik dan penyamaan persepsi secara intensif dengan pengurus NU daerah untuk memastikan arah dukungan di Muktamar mendatang,” kata Umam.
Walaupun demikian, independensi pengurus NU di tingkat pusat sampai daerah, yaitu PWNU dan PCNU dapat menentukan hasil pemilihan ketua umum saat Muktamar Ke-34 NU.
Baca juga: Muktamar NU 2021 dan kepentingan politik
“Faktor independensi pengurus PWNU dan PCNU akan sangat menentukan karena menggunakan sistem pemilihan yang demokratis, kecuali jika mekanismenya diubah dan diserahkan pada Ahlul Halil Wal-Aqdli,” sebut Umam.
Ahlul Halil Wal-Aqdli merupakan sekelompok kiai senior yang dianggap memiliki kredibilitas moral, keilmuwan, dan akar sosial yang kuat di lingkungan Nahdliyin.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021